Hijriah

Langgan Feeds

Bacaan Al-Quran
























Hadith Muslim

Info Islam



BULAN Safar adalah bulan kedua mengikut perkiraan kalendar Islam yang berdasarkan tahun Qamariah (perkiraan bulan mengelilingi bumi). Safar ertinya kosong. Dinamakan Safar kerana dalam bulan ini orang-orang Arab sering meninggalkan rumah mereka menjadi kosong kerana melakukan serangan dan menuntut pembalasan ke atas musuh-musuh mereka. Antara peristiwa-peristiwa penting yang berlaku dalam sejarah Islam pada bulan ini ialah Peperangan Al-Abwa pada tahun kedua Hijrah, Peperangan Zi-Amin, tahun ketiga Hijrah dan Peperangan Ar-Raji (Bi'ru Ma'unah) pada tahun keempat Hijrah.








Hadith Corner


BERPAKAIAN TETAPI BERTELANJANG


Dari Abu Hurairah r.a. katanya Rasulullah saw. Bersabda: “Ada dua macam penduduk neraka yang keduanya belum kelihatan olehku. (1) Kaum yang memiliki cambuk seperti ekor sapi, yang dipergunakan untuk memukul orang. (2) Wanita-wanita berpakaian, tetapi sama juga dengan bertelanjang (kerana pakaiannya terlalu minim, terlalu nipis atau tembus pandang, terlalu ketat, atau pakaian yang merangsang lelaki kerana bahagian auratnya terbuka), dan wanita-wanita yang mudah dirayu atau suka merayu, rambut mereka (disasak) bagaikan punuk unta. Wanita-wanita tersebut tidak dapat masuk syurga, bahkan tidak dapat mencium bau syurga. Padahal bau syurga dapat tercium dari jarak yang sangat jauh.”



(HADIS RIWAYAT MUSLIM)



Topik-Topik Agama

Topik-Topik Agama

Video Kartun Islam

Video Kartun Islam

Pautan Lain

Sabtu, 27 Disember 2008

Cetak Thread Mari bersolat cara Rasulullah SAW

Panduan Solat Cara Sunnah Rasulullah
Panduan Solat ini dipetik dari 'Ringkasan Buku Sifat Shalat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam' oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albaani ra.


Perhatian : Tulisan ini hanya ringkasan, bagi pembaca yang ingin mengetahui dalil-dalilnya dipersilahkan merujuk buku aslinya yaitu : "Sifat Shalat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam", oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albaani, dengan edisi Indonesia diterbitkan oleh Media Hidayah - Yogyakarta (edisi revisi).



1. MENGHADAP KA'BAH

1. Apabila anda - wahai Muslim - ingin menunaikan shalat, menghadaplah ke Ka'bah (qiblat) dimanapun anda berada, baik shalat fardlu maupun shalat sunnah, sebab ini termasuk diantara rukun-rukun shalat, dimana shalat tidak sah tanpa rukun ini.

2. Ketentuan menghadap qiblat ini tidak menjadi keharusan lagi bagi 'seorang yang sedang berperang' pada pelaksanaan shalat khauf saat perang berkecamuk dahsyat.
Dan tidak menjadi keharusan lagi bagi orang yang tidak sanggup seperti orang yang sakit atau orang yang dalam perahu, kendaraan atau pesawat bila ia khawatir luputnya waktu.

Juga tidak menjadi keharusan lagi bagi orang yang shalat sunnah atau witir sedang ia menunggangi hewan atau kendaraan lainnya. Tapi dianjurkan kepadanya - jika hal ini memungkinkan - supaya menghadap ke qiblat pada saat takbiratul ikhram, kemudian setelah itu menghadap ke arah manapun kendaraannya menghadap.

3. Wajib bagi yang melihat Ka'bah untuk menghadap langsung ke porosnya, bagi yang tidak melihatnya maka ia menghadap ke arah Ka'bah.

HUKUM SHALAT TANPA MENGHADAP KA'BAH KARENA KELIRU

4. Apabila shalat tanpa menghadap qiblat karena mendung atau ada penyebab lainnya sesudah melakukan ijtihad dan pilihan, maka shalatnya sah dan tidak perlu diulangi.

5. Apabila datang orang yang dipercaya saat dia shalat, lalu orang yang datang itu memberitahukan kepadanya arah qiblat maka wajib baginya untuk segera menghadap ke arah yang ditunjukkan, dan shalatnya sah.

2. BERDIRI

6. Wajib bagi yang melakukan shalat untuk berdiri, dan ini adalah rukun, kecuali bagi :

Orang yang shalat khauf saat perang berkecamuk dengan hebat, maka dibolehkan baginya shalat di atas kendaraannya.

Orang yang sakit yang tidak mampu berdiri, maka boleh baginya shalat sambil duduk dan bila tidak mampu diperkenankan sambil berbaring.

Orang yang shalat nafilah (sunnah) dibolehkan shalat di atas kendaraan atau sambil duduk jika dia mau, adapun ruku' dan sujudnya cukup dengan isyarat kepalanya, demikian pula orang yang sakit, dan ia menjadikan sujudnya lebih rendah dari ruku'nya.

7. Tidak boleh bagi orang yang shalat sambil duduk meletakkan sesuatu yang agak tinggi dihadapannya sebagai tempat sujud. Akan tetapi cukup menjadikan sujudnya lebih rendah dari ruku'nya -seperti yang kami sebutkan tadi- apabila ia tidak mampu meletakkan dahinya secara langsung ke bumi (lantai).

SHALAT DI KAPAL LAUT ATAU PESAWAT

8. Dibolehkan shalat fardlu di atas kapal laut demikian pula di pesawat.

9. Dibolehkan juga shalat di kapal laut atau pesawat sambil duduk bila khawatir akan jatuh.

10. Boleh juga saat berdiri bertumpu (memegang) pada tiang atau tongkat karena faktor ketuaan atau karena badan yang lemah.

SHALAT SAMBIL BERDIRI DAN DUDUK

11. Dibolehkan shalat lail sambil berdiri atau sambil duduk meski tanpa udzur (penyebab apapun), atau sambil melakukan keduanya. Caranya; ia shalat membaca dalam keadaan duduk dan ketika menjelang ruku' ia berdiri lalu membaca ayat-ayat yang masih tersisa dalam keadaan berdiri. Setelah itu ia ruku' lalu sujud. Kemudian ia melakukan hal yang sama pada rakaat yang kedua.

12. Apabila shalat dalam keadaan duduk, maka ia duduk bersila atau duduk dalam bentuk lain yang memungkinkan seseorang untuk beristirahat.

SHALAT SAMBIL MEMAKAI KASUT

13. Boleh shalat tanpa memakai sandal dan boleh pula dengan memakai sandal.

14. Tapi yang lebih utama jika sekali waktu shalat sambil memakai sandal dan sekali waktu tidak memakai sandal, sesuai yang lebih gampang dilakukan saat itu, tidak membebani diri dengan harus memakainya dan tidak pula harus melepasnya. Bahkan jika kebetulan telanjang kaki maka shalat dengan kondisi seperti itu, dan bila kebetulan memakai sandal maka shalat sambil memakai sandal. Kecuali dalam kondisi tertentu (terpaksa).

15. Jika kedua sandal dilepas maka tidak boleh diletakkan di samping kanan akan tetapi diletakkan di samping kiri jika tidak ada di samping kirinya seseorang yang shalat, jika ada maka hendaklah diletakkan di depan kakinya, hal yang demikianlah yang sesuai dengan perintah dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam. 1)

SHALAT DI ATAS MIMBAR

16. Dibolehkan bagi imam untuk shalat di tempat yang tinggi seperti mimbar dengan tujuan mengajar manusia. Imam berdiri di atas mimbar lalu takbir, kemudian membaca dan ruku' setelah itu turun sambil mundur sehingga memungkinkan untuk sujud ke tanah di depan mimbar, lalu kembali lagi ke atas mimbar dan melakukan hal yang serupa di rakaat berikutnya.

KEWAJIBAN SHALAT MENGHADAP PEMBATAS DAN MENDEKAT KEPADANYA

17. Wajib shalat menghadap tabir pembatas, dan tiada bedanya baik di masjid maupun selain masjid, di masjid yang besar atau yang kecil, berdasarkan kepada keumuman sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam.

"Artinya : Janganlah shalat melainkan menghadap pembatas, dan jangan biarkan seseorang lewat di hadapanmu, apabila ia enggan maka perangilah karena sesungguhnya ia bersama pendampingnya". (Maksudnya syaitan).

18. Wajib mendekat ke pembatas karena Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan hal itu.

19. Jarak antara tempat sujud Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dengan tembok yang dihadapinya seukuran tempat lewat domba. maka barang siapa yang mengamalkan hal itu berarti ia telah mengamalkan batas ukuran yang diwajibkan. 2)

KADAR KETINGGIAN PEMBATAS

20. Wajib pembatas dibuat agak tinggi dari tanah sekadar sejengkal atau dua jengkal berdasarkan sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam.

"Artinya : Jika seorang diantara kamu meletakkan di hadapannya sesuatu setinggi ekor pelana 3) (sebagai pembatas) maka shalatlah (menghadapnya), dan jangan ia pedulikan orang yang lewat di balik pembatas".

21. Dan ia menghadap ke pembatas secara langsung, karena hal itu yang termuat dalam konteks hadits tentang perintah untuk shalat menghadap ke pembatas. Adapun bergeser dari posisi pembatas ke kanan atau ke kiri sehingga membuat tidak lurus menghadap langsung ke pembatas maka hal ini tidak sah.

22. Boleh shalat menghadap tongkat yang ditancapkan ke tanah atau yang sepertinya, boleh pula menghadap pohon, tiang, atau isteri yang berbaring di pembaringan sambil berselimut, boleh pula menghadap hewan meskipun unta.

HARAM SHALAT MENGHADAP KE KUBUR

23. Tidak boleh shalat menghadap ke kubur, larangan ini mutlak, baik kubur para nabi maupun selain nabi.

HARAM LEWAT DI DEPAN ORANG YANG SHALAT TERMASUK DI MASJID HARAM

24. Tidak boleh lewat(lalu-lalang) di depan orang yang sedang shalat jika di depannya ada pembatas, dalam hal ini tidak ada perbedaan antara masjid Haram atau masjid-masjid lain, semua sama dalam hal larangan berdasarkan keumuman sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam.

"Artinya : Andaikan orang yang lewat di depan orang yang shalat mengetahui akibat perbuatannya maka untuk berdiri selama 40, lebih baik baginya dari pada lewat di depan orang yang sedang shalat". Maksudnya lewat di antara shalat dengan tempat sujudnya. 4)

KEWAJIBAN ORANG YANG SHALAT MENCEGAH ORANG LEWAT DI DEPANNYA MESKIPUN DI MASJID HARAM

25. Tidak boleh bagi orang yang shalat menghadap pembatas membiarkan seseorang lewat di depannya berdasarkan hadits yang telah lalu.

"Artinya : Dan janganlah membiarkan seseorang lewat di depanmu ...".

Dan sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam.

"Artinya : Jika seseorang diantara kamu shalat menghadap sesuatu pembatas yang menghalanginya dari orang lain, lalu ada yang ingin lewat di depannya, maka hendaklah ia mendorong leher orang yang ingin lewat itu semampunya (dalam riwayat lain : cegahlah dua kali) jika ia enggan maka perangilah karena ia adalah syaithan".

BERJALAN KE DEPAN UNTUK MENCEGAH ORANG LEWAT

26. Boleh maju selangkah atau lebih untuk mencegah yang bukan mukallaf yang lewat di depannya seperti hewan atau anak kecil agar tidak lewat di depannya.

HAL-HAL YANG MEMUTUSKAN SHALAT

27. Di antara fungsi pembatas dalam shalat adalah menjaga orang yang shalat menghadapnya dari kerusakan shalat disebabkan yang lewat di depannya, berbeda dengan yang tidak memakai pembatas, shalatnya bisa terputus bila lewat di depannya wanita dewasa, keledai, atau anjing hitam.

3. NIAT

28. Bagi yang akan shalat harus meniatkan shalat yang akan dilaksanakannya serta menentukan niat dengan hatinya, seperti fardhu zhuhur dan ashar, atau sunnat zhuhur dan ashar. Niat ini merupakan syarat atau rukun shalat. Adapun melafazhkan niat dengan lisan maka ini merupakan bid'ah, menyalahi sunnah, dan tidak ada seorangpun yang menfatwakan hal itu di antara para ulama yang ditokohkan oleh orang-orang yang suka taqlid (fanatik buta).

4. TAKBIR

29. Kemudian memulai shalat dengan membaca. "Allahu Akbar" (Artinya : Allah Maha Besar). Takbir ini merupakan rukun, berdasarkan sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam.
"Artinya : Pembuka Shalat adalah bersuci, pengharamannya adalah takbir, sedangkan penghalalannya adalah salam". 5)

30. Tidak boleh mengeraskan suara saat takbir di semua shalat, kecuali jika menjadi imam.

31. Boleh bagi muadzin menyampaikan (memperdengarkan) takbir imam kepada jama'ah jika keadaan menghendaki, seperti jika imam sakit, suaranya lemah atau karena banyaknya orang yang shalat.

32. Ma'mum tidak boleh takbir kecuali jika imam telah selesai takbir.

MENGANGKAT KEDUA TANGAN DAN CARA-CARANYA

33. Mengangkat kedua tangan, boleh bersamaan dengan takbir, atau sebelumnya, bahkan boleh sesudah takbir. Kesemuanya ini ada landasannya yang sah dalam sunnah Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam.

34. Mengangkat tangan dengan jari-jari terbuka.

35. Mensejajarkan kedua telapak tangan dengan pundak/bahu, sewaktu-waktu mengangkat lebih tinggi lagi sampai sejajar dengan ujung telinga. 6)

MELETAKKAN KEDUA TANGAN DAN CARA-CARANYA

36. Kemudian meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri sesudah takbir, ini merupakan sunnah (ajaran) para nabi-nabi Alaihimus Shallatu was sallam dan diperintahkan oleh Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam kepada para sahabat beliau, sehingga tidak boleh menjulurkannya.

37. Meletakkan tangan kanan di atas punggung tangan kiri dan di atas pergelangan dan lengan.

38. Kadang-kadang menggenggam tangan kiri dengan tangan kanan. 7)

TEMPAT MELETAKKAN TANGAN

39. Keduanya diletakkan di atas dada saja. Laki-laki dan perempuan dalam hal tersebut sama. 8)

40. Tidak meletakkan tangan kanan di atas pinggang.

KHUSU' DAN MELIHAT KE TEMPAT SUJUD

41. Hendaklah berlaku khusu' dalam shalat dan menjauhi segala sesuatu yang dapat melalaikan dari khusu' seperti perhiasan dan lukisan, janganlah shalat saat berhadapan dengan hidangan yang menarik, demikian juga saat menahan berak dan kencing.

42. Memandang ke tempat sujud saat berdiri.

43. Tidak menoleh ke kanan dan ke kiri, karena menoleh adalah curian yang dilakukan oleh syaitan dari shalat seorang hamba.

44. Tidak boleh mengarahkan pandangan ke langit (ke atas).

DO'A ISTIFTAAH (PEMBUKAAN)

45. Kemudian membuka bacaan dengan sebagian do'a-do'a yang sah dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam yang jumlahnya banyak, yang masyhur diantaranya ialah :

"Subhaanaka Allahumma wa bihamdika, wa tabaarakasmuka, wa ta'alaa jadduka, walaa ilaha ghaiyruka".

"Artinya : Maha Suci Engkau ya Allah, segala puji hanya bagi-Mu, kedudukan-Mu sangat agung, dan tidak ada sembahan yang hak selain Engkau".

Perintah ber-istiftah telah sah dari Nabi, maka sepatutnya diperhatikan untuk diamalkan. 9)

5. QIRAAH (BACAAN)


46. Kemudian wajib berlindung kepada Allah Ta'ala, dan bagi yang meninggalkannya mendapat dosa.

47. Termasuk sunnah jika sewaktu-waktu membaca.

"A'udzu billahi minasy syaiythaanirrajiim, min hamazihi, wa nafakhihi, wa nafasyihi"
"Artinya : Aku berlindung kepada Allah dari syithan yang terkutuk, dari godaannya, dari was-wasnya, serta dari gangguannya".

48. Dan sewaktu-waktu membaca tambahan.

"A'udzu billahis samii-il a'liimi, minasy syaiythaani ......."
"Artinya : Aku berlindung kepada Allah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui, dari syaitan.......".

49. Kemudian membaca basmalah (bismillah) di semua shalat secara sirr (tidak diperdengarkan).

MEMBACA AL-FAATIHAH

50. Kemudian membaca surat Al-Fatihah sepenuhnya termasuk bismillah, ini adalah rukun shalat dimana shalat tak sah jika tidak membaca Al-Fatihah, sehingga wajib bagi orang-orang 'Ajm ( non Arab ) untuk menghafalnya.

51. Bagi yang tak bisa menghafalnya boleh membaca.

"Subhaanallah, wal hamdulillah walaa ilaha illallah, walaa hauwla wala quwwata illaa billah".
"Artinya : Maha suci Allah, segala puji bagi Allah, tidak ada sembahan yang haq selain Allah, serta tidak ada daya dan kekuatan melainkan karena Allah".

52. Didalam membaca Al-Fatihah, disunnahkan berhenti pada setiap ayat, dengan cara membaca. (Bismillahir-rahmanir-rahiim) lalu berhenti, kemudian membaca. (Alhamdulillahir-rabbil 'aalamiin) lalu berhenti, kemudian membaca. (Ar-rahmanir-rahiim) lalu berhenti, kemudian membaca. (Maaliki yauwmiddiin) lalu berhenti, dan demikian seterusnya. Demikianlah cara membaca Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam seluruhnya. Beliau berhenti di akhir setiap ayat dan tidak menyambungnya dengan ayat sesudahnya meskipun maknanya berkaitan.

53. Boleh membaca (Maaliki) dengan panjang, dan boleh pula (Maliki) dengan pendek.

BACAAN MA'MUM

54. Wajib bagi ma'mum membaca Al-Fatihah di belakang imam yang membaca sirr (tidak terdengar) atau saat imam membaca keras tapi ma'mum tidak mendengar bacaan imam, demikian pula ma'mum membaca Al-Fatihah bila imam berhenti sebentar untuk memberi kesempatan bagi ma'mum yang membacanya. Meskipun kami menganggap bahwa berhentinya imam di tempat ini tidak tsabit dari sunnah. 10)

BACAAN SESUDAH AL-FATIHAH

55. Disunnahkan sesudah membaca Al-Fatihah, membaca surat yang lain atau beberapa ayat pada dua raka'at yang pertama. Hal ini berlaku pula pada shalat jenazah.

56. Kadang-kadang bacaan sesudah Al-Fatihah dipanjangkan kadang pula diringkas karena ada faktor-faktor tertentu seperti safar (bepergian), batuk, sakit, atau karena tangisan anak kecil.

57. Panjang pendeknya bacaan berbeda-beda sesuai dengan shalat yang dilaksanakan. Bacaan pada shalat subuh lebih panjang daripada bacaan shalat fardhu yang lain, setelah itu bacaan pada shalat dzuhur, pada shalat ashar, lalu bacaan pada shalat isya, sedangkan bacaan pada shalat maghrib umumnya diperpendek.

58. Adapun bacaan pada shalat lail (malam) lebih panjang dari semua itu.

59. Sunnah membaca lebih panjang pada rakaat pertama dari rakaat yang kedua.

60. Memendekkan dua rakaat terakhir kira-kira setengah dari dua rakaat yang pertama. 11)

61. Membaca Al-Fatihah pada semua rakaat.

62. Disunnahkan pula menambahkan bacaan surat Al-Fatihah dengan surat-surat lain pada dua rakaat yang terakhir.

63. Tidak boleh imam memanjangkan bacaan melebihi dari apa yang disebutkan di dalam sunnah karena yang demikian bisa-bisa memberatkan ma'mum yang tidak mampu seperti orang tua, orang sakit, wanita yang mempunyai anak kecil dan orang yang mempunyai keperluan.

MENGERASKAN DAN MENGECILKAN BACAAN

64. Bacaan dikeraskan pada shalat shubuh, jum'at, dua shalat ied, shalat istisqa, khusuf dan dua rakaat pertama dari shalat maghrib dan isya. Dan dikecilkan (tidak dikeraskan) pada shalat dzuhur, ashar, rakaat ketiga dari shalat maghrib, serta dua rakaat terakhir dari shalat isya.

65. Boleh bagi imam memperdengarkan bacaan ayat pada shalat-shalat sir (yang tidak dikeraskan).

66. Adapun witir dan shalat lail bacaannya kadang tidak dikeraskan dan kadang dikeraskan.

MEMBACA AL-QUR'AN DENGAN TARTIL

67. Sunnah membaca Al-Qur'an secara tartil (sesuai dengan hukum tajwid) tidak terlalu dipanjangkan dan tidak pula terburu-buru, bahkan dibaca secara jelas huruf perhuruf. Sunnah pula menghiasi Al-Qur'an dengan suara serta melagukannya sesuai batas-batas hukum oleh ulama ilmu tajwid. Tidak boleh melagukan Al-Qur'an seperti perbuatan Ahli Bid'ah dan tidak boleh pula seperti nada-nada musik.

68. Disyari'atkan bagi ma'mum untuk membetulkan bacaan imam jika keliru.

6. RUKU'

69. Bila selesai membaca, maka diam sebentar menarik nafas agar bisa teratur.

70. Kemudian mengangkat kedua tangan seperti yang telah dijelaskan terdahulu pada takbiratul ihram.

71. Dan takbir, hukumnya adalah wajib.

72. Lalu ruku' sedapatnya agar persendian bisa menempati posisinya dan setiap anggota badan mengambil tempatnya. Adapun ruku' adalah rukun.

CARA RUKU'

73. Meletakkan kedua tangan di atas lutut dengan sebaik-baiknya, lalu merenggangkan jari-jari seolah-olah menggenggam kedua lutut. Semua itu hukumnya wajib.

74. Mensejajarkan punggung dan meluruskannya, sehingga jika kita menaruh air di punggungnya tidak akan tumpah. Hal ini wajib.

75. Tidak merendahkan kepala dan tidak pula mengangkatnya tapi disejajarkan dengan punggung.

76. Merenggangkan kedua siku dari badan.

77. Mengucapkan saat ruku'. "Subhaana rabbiiyal 'adhiim". "Artinya : Segala puji bagi Allah yang Maha Agung". tiga kali atau lebih. 12)

MENYAMAKAN PANJANGNYA RUKUN

78. Termasuk sunnah untuk menyamakan panjangnya rukun, diusahakan antara ruku' berdiri dan sesudah ruku', dan duduk diantara dua sujud hampir sama.

79. Tidak boleh membaca Al-Qur'an saat ruku' dan sujud.

I'TIDAL SESUDAH RUKU'

80. Mengangkat punggung dari ruku' dan ini adalah rukun.

81. Dan saat i'tidal mengucapkan . "Syami'allahu-liman hamidah".
"Artinya : Semoga Allah mendengar orang yang memuji-Nya". adapun hukumnya wajib.

82. Mengangkat kedua tangan saat i'tidal seperti dijelaskan terdahulu.

83. Lalu berdiri dengan tegak dan tenang sampai seluruh tulang menempati posisinya. Ini termasuk rukun.

84. Mengucapkan saat berdiri. "Rabbanaa wa lakal hamdu"
"Artinya : Ya tuhan kami bagi-Mu-lah segala puji". 13) Hukumnya adalah wajib bagi setiap orang yang shalat meskipun sebagai imam, karena ini adalah wirid saat berdiri, sedang tasmi (ucapan Sami'allahu liman hamidah) adalah wirid i'tidal (saat bangkit dari ruku' sampai tegak).

85. Menyamakan panjang antara rukun ini dengan ruku' seperti dijelaskan terdahulu.

7. SUJUD

86. Lalu mengucapkan "Allahu Akbar" dan ini wajib.

87. Kadang-kadang sambil mengangkat kedua tangan.

TURUN DENGAN KEDUA TANGAN

88. Lalu turun untuk sujud dengan kedua tangan diletakkan terlebih dahulu sebelum kedua lutut, demikianlah yang diperintahkan oleh Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam serta tsabit dari perbuatan beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam. Dan beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam melarang untuk menyerupai cara berlututnya unta yang turun dengan kedua lututnya yang terdapat di kaki depan.

89. Apabila sujud -dan ini adalah rukun- bertumpu pada kedua telapak tangan serta melebarkannya.

90. Merapatkan jari jemari.

91. Lalu menghadapkan ke kiblat.

92. Merapatkan kedua tangan sejajar dengan bahu.

93. Kadang-kadang meletakkan keduanya sejajar dengan telinga.

94. Mengangkat kedua lengan dari lantai dan tidak meletakkannya seperti cara anjing. Hukumnya adalah wajib.

95. Menempelkan hidung dan dahi ke lantai, ini termasuk rukun.

96. Menempelkan kedua lutut ke lantai.

97. Demikian pula ujung-ujung jari kaki.

98. Menegakkan kedua kaki, dan semua ini adalah wajib.

99. Menghadapkan ujung-ujung jari ke qiblat.

100. Meletakkan/merapatkan kedua mata kaki.

BERLAKU TEGAK KETIKA SUJUD

101. Wajib berlaku tegak ketika sujud, yaitu tertumpu dengan seimbang pada semua anggota sujud yang terdiri dari : Dahi termasuk hidung, dua telapak tangan, dua lutut dan ujung-ujung jari kedua kaki.

102. Barangsiapa sujud seperti itu berarti telah thuma'ninah, sedangkan thuma'ninah ketika sujud termasuk rukun juga.

103. Mengucapkan ketika sujud. "Subhaana rabbiyal 'alaa"
"Artinya : Maha Suci Rabbku yang Maha Tinggi" diucapkan tiga kali atau lebih.

104. Disukai untuk memperbanyak do'a saat sujud, karena saat itu do'a banyak dikabulkan.

105. Menjadikan sujud sama panjang dengan ruku' seperti diterangkan terdahulu.

106. Boleh sujud langsung di tanah, boleh pula dengan pengalas seperti kain, permadani, tikar dan sebagainya.

107. Tidak boleh membaca Al-Qur'an saat sujud.

IFTIRASY DAN IQ'A KETIKA DUDUK ANTARA DUA SUJUD

108. Kemudian mengangkat kepala sambil takbir, dan hukumnya adalah wajib.

109. Kadang-kadang sambil mengangkat kedua tangan.

110. Lalu duduk dengan tenang sehingga semua tulang kembali ke tempatnya masing-masing, dan ini adalah rukun.

111. Melipat kaki kiri dan mendudukinya. Hukumnya wajib.

112. Menegakkan kaki kanan (sifat duduk seperti No. 111 dan 112 ini disebut Iftirasy).

113. Menghadapkan jari-jari kaki ke kiblat.

114. Boleh iq'a sewaktu-waktu, yaitu duduk di atas kedua tumit.

115. Mengucapkan pada waktu duduk. "Allahummagfirlii, warhamnii' wajburnii', warfa'nii', wa 'aafinii, warzuqnii".

"Artinya : Ya Allah ampunilah aku, syangilah aku, tutuplah kekuranganku, angkatlah derajatku, dan berilah aku afiat dan rezeki".

116. Dapat pula mengucapkan. "Rabbigfirlii, Rabbigfilii".
"Artinya : Ya Allah ampunilah aku, ampunilah aku".

117. Memperpanjang duduk sampai mendekati lama sujud.

SUJUD KEDUA

118. Kemudian takbir, dan hukumnya wajib.

119. Kadang-kadang mengangkat kedua tangannya dengan takbir ini.

120. Lalu sujud yang kedua, ini termasuk rukun juga.

121. Melakukan pada sujud ini apa-apa yang dilakukan pada sujud pertama.

DUDUK ISTIRAHAT

122. Setelah mengangkat kepala dari sujud kedua, dan ingin bangkit ke rakaat yang kedua wajib takbir.

123. Kadang-kadang sambil mengangkat kedua tangannya.

124. Duduk sebentar di atas kaki kiri seperti duduk iftirasy sebelum bangkit berdiri, sekadar selurus tulang menempati tempatnya.

RAKAAT KEDUA

125. Kemudian bangkit raka'at kedua -ini termasuk rukun- sambil menekan ke lantai dengan kedua tangan yang terkepal seperti tukang tepung mengepal kedua tangannya.

126. Melakukan pada raka'at yang kedua seperti apa yang dilakukan pada rakaat pertama.

127. Akan tetapi tidak membaca pada raka'at yang kedua ini do'a iftitah.

128. Memendekkan raka'at kedua dari raka'at yang pertama.

DUDUK TASYAHUD

129. Setelah selesai dari raka'at kedua duduk untuk tasyahud, hukumnya wajib.

130. Duduk iftirasy seperti diterangkan pada duduk diantara dua sujud.

131. Tapi tidak boleh iq'a di tempat ini.

132. Meletakkan tangan kanan sampai siku di atas paha dan lutut kanan, tidak diletakkan jauh darinya.

133. Membentangkan tangan kiri di atas paha dan lutut kiri.

134. Tidak boleh duduk sambil bertumpu pada tangan, khususnya tangan yang kiri.

MENGGERAKKAN TELUNJUK DAN MEMANDANGNYA

135. Menggenggam jari-jari tangan kanan seluruhnya, dan sewaktu-waktu meletakkan ibu jari di atas jari tengah.

136. Kadang-kadang membuat lingkaran ibu jari dengan jari tengah.

137. Mengisyaratkan jari telunjuk ke qiblat.

138. Dan melihat pada telunjuk.

139. Menggerakkan telunjuk sambil berdo'a dari awal tasyahud sampai akhir.

140. Tidak boleh mengisyaratkan dengan jari tangan kiri.

141. Melakukan semua ini di semua tasyahud.

UCAPAN TASYAHUD DAN DO'A SESUDAHNYA

142. Tasyahud adalah wajib, jika lupa harus sujud sahwi.

143. Membaca tasyahud dengan sir (tidak dikeraskan).

144. Dan lafadznya : "At-tahiyyaatu lillah washalawaatu wat-thayyibat, assalamu 'alan - nabiyyi warrahmatullahi wabarakaatuh, assalaamu 'alaiynaa wa'alaa 'ibaadil-llahis-shaalihiin, asyhadu alaa ilaaha illallah, asyhadu anna muhamaddan 'abduhu warasuuluh".
"Artinya : Segala penghormatan bagi Allah, shalawat dan kebaikan serta keselamatan atas Nabi 14) dan rahmat Allah serta berkat-Nya. Keselamatan atas kita dan hamba-hamba Allah yang shalih. Aku bersaksi bahwa tidak ada sembahan selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad hamba dan rasul-Nya".

145. Sesudah itu bershalawat kepada Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam dengan mengucapkan : "Allahumma shalli 'alaa muhammad, wa 'alaa ali muhammad, kamaa shallaiyta 'alaa ibrahiima wa 'alaa ali ibrahiima, innaka hamiidum majiid".
"Allahumma baarik 'alaa muhammaddiw wa'alaa ali muhammadin kamaa baarikta 'alaa ibraahiima wa 'alaa ali ibraahiima, innaka hamiidum majiid".
"Artinya : Ya Allah berilah shalawat atas Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau bershalawat kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim sesungguhnya Engkau Maha Terpuji dan Mulia.
Ya Allah berkahilah Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau memberkahi Ibrahim dan keluarga Ibrahim sesungguhnya Engkau Maha Terpuji dan Mulia".

146. Dapat juga diringkas sebagai berikut : "Allahumma shalli 'alaa muhammad, wa 'alaa ali muhammad, wabaarik 'alaa muhammadiw wa'alaa ali muhammadin kamaa shallaiyta wabaarikta 'alaa ibraahiim wa'alaa ali ibraahiim, innaka hamiidum majiid".
"Artinya : Ya Allah bershalawatlah kepada Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana engkau bershalawat dan memberkahi Ibrahim dan keluarga Ibrahim sesungguhnya Engkau Terpuji dan Mulia".

147. Kemudian memilih salah satu do'a yang disebutkan dalam kitab dan sunnah yang paling disenangi lalu berdo'a kepada Allah dengannya.

RAKAAT KETIGA DAN KEEMPAT

148. Kemudian takbir, dan hukumnya wajib. Dan sunnah bertakbir dalam keadaan duduk.

149. Kadang-kadang mengangkat kedua tangan.

150. Kemudian bangkit ke raka'at ketiga, ini adalah rukun seperti sebelumnya.

151. Seperti itu pula yang dilakukan bila ingin bangkit ke raka'at yang ke empat.

152. Akan tetapi sebelum bangkit berdiri, duduk sebentar di atas kaki yang kiri (duduk iftirasy) sampai semua tulang menempati tempatnya.

153. Kemudian berdiri sambil bertumpu pada kedua tangan sebagaimana yang dilakukan ketika berdiri ke rakaat kedua.

154. Kemudian membaca pada raka'at ketiga dan keempat surat Al-Fatihah yang merupakan satu kewajiban.

155. Setelah membaca Al-Fatihah, boleh sewaktu-waktu membaca bacaan ayat atau lebih dari satu ayat.

QUNUT NAZILAH DAN TEMPATNYA

156. Disunatkan untuk qunut dan berdo'a untuk kaum muslimin karena adanya satu musibah yang menimpa mereka.

157. Tempatnya adalah setelah mengucapkan : "Rabbana lakal hamdu".

158. Tidak ada do'a qunut yang ditetapkan, tetapi cukup berdo'a dengan do'a yang
sesuai dengan musibah yang sedang terjadi.

159. Mengangkat kedua tangan ketika berdo'a.

160. Mengeraskan do'a tersebut apabila sebagai imam.

161. Dan orang yang dibelakangnya mengaminkannya.

162. Apabila telah selesai membaca do'a qunut lalu bertakbir untuk sujud.

QUNUT WITIR, TEMPAT DAN LAFADZNYA

163. Adapun qunut di shalat witir disyari'atkan untuk dilakukan sewaktu-waktu.

164. Tempatnya sebelum ruku', hal ini berbeda dengan qunut nazilah.

165. Mengucapkan do'a berikut : "Allahummah dinii fiiman hadayit, wa 'aafiinii fiiman 'aafayit, watawallanii fiiman tawallayit, wa baariklii fiimaa a'thayit, wa qinii syarra maaqadhayit, fainnaka taqdhii walaa yuqdhaa 'alayika wainnahu laayadzillu maw waalayit walaa ya'izzu man 'aadayit, tabaarakta rabbanaa wata'alayit laa manjaa minka illaa ilayika".
"Artinya : Ya Allah tunjukilah aku pada orang yang engkau tunjuki dan berilah aku afiat pada orang yang Engkau beri afiat. Serahkanlah aku pada orang yang berwali kepada-Mu, berilah aku berkah pada apa yang Engkau berikan kepadaku, lindungilah aku dari keburukan yang Engkau tetapkan, karena Engkau menetapkan, dan tidak ada yang menetapkan untukku. Dan sesungguhnya tidak akan hina orang yang berwali kepada-Mu, dan tidak akan mulia orang yang memusuhi-Mu, Engkau penuh berkah, Wahai Rabb kami dan kedudukan-Mu sangat tinggi, tidak ada tempat berlindung kecuali kepada-Mu".

166. Do'a ini termasuk do'a yang diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam diperbolehkan karena tsabit dari para shahabat radiyallahu anhum.
167. Kemudian ruku' dan bersujud dua kali seperti terdahulu.

TASYAHUD AKHIR DAN DUDUK TAWARUK

168. Kemudian duduk untuk tasyahud akhir, keduanya adalah wajib.

169. Melakukan pada tasyahud akhir apa yang dilakukan pada tasyahud awal.

170. Selain duduk di sini dengan cara tawaruk yaitu meletakkan pangkal paha kiri ke tanah dan mengeluarkan kedua kaki dari satu arah dan menjadikan kaki kiri ke bawah betis kanan.

171. Menegakkan kaki kanan.

172. Kadang-kadang boleh juga dijulurkan.

173. Menutup lutut kiri dengan tangan kiri yang bertumpu padanya.

KEWAJIBAN SHALAWAT ATAS NABI SHALLALLAHU 'ALAIHI WA SALLAM DAN BERLINDUNG DARI EMPAT PERKARA

174. Wajib pada tasyahud akhir bershalawat kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam sebagaimana lafadz-lafadznya yang telah kami sebutkan pada tasyahud awal.

175. Kemudian berlindung kepada Allah dari empat perkara, dan mengucapkan : "Allahumma inii a'uwdzubika min 'adzaabi jahannam, wa min 'adzaabil qabri wa min fitnatil mahyaa wal mamaati wa min tsarri fitnatil masyihid dajjal".
"Artinya : Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari siksa Jahannam dan dari siksa kubur, dan dari fitnah orang yang hidup dan orang yang mati serta dari keburukan fitnah masih ad-dajjal". 15)

BERDO'A SEBELUM SALAM

176. Kemudian berdo'a untuk dirinya dengan do'a yang nampak baginya dari do'a-do'a tsabit dalam kitab dan sunnah, dan do'a ini sangat banyak dan baik. Apabila dia tidak menghafal satupun dari do'a-do'a tersebut maka diperbolehkan berdo'a dengan apa yang mudah baginya dan bermanfaat bagi agama dan dunianya.

SALAM DAN MACAM-MACAMNYA

177. Memberi salam ke arah kanan sampai terlihat putih pipinya yang kanan, hal ini adalah rukun.

178. Dan ke arah kiri sampai terlihat putih pipinya yang kiri meskipun pada shalat jenazah.

179. Imam mengeraskan suaranya ketika salam kecuali pada shalat jenazah.

180. Macam-macam cara salam.

Pertama mengucapkan "Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuhu" ke arah kanan dan mengucapkan "Assalamu'alaikum warahmatullah" ke arah kiri.

Kedua : Seperti di atas tanpa (Wabarakatuh).

Ketiga mengucapkan "Assalamu'alaikum warahmatullahi" ke arah kanan dan "Assalamu'alaikum" ke arah kiri.

Keempat : Memberi salam dengan satu kali ke depan dengan sedikit miring ke arah kanan.

PENUTUP


Saudaraku seagama.Inilah yang terjangkau bagiku dalam meringkas sifat shalat nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam sebagai satu usaha untuk mendekatkannya kepadamu sehingga engkau mendapatkan satu kejelasan, tergambar dalam benakmu, seakan-akan engkau melihatnya dengan kedua belah matamu. Apabila engkau melaksanakan shalatmu sebagaimana yang aku sifatkan kepadamu tentang shalat nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, maka aku mengharapkan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala agar menerima shalatmu, karena engkau telah melaksanakan satu perbuatan yang sesuai dengan perkataan nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam.
"Artinya : Shalatlah kamu sebagaimana kamu melihat aku shalat".

Setelah itu satu hal jangan engkau lupakan, agar engkau menghadirkan hatimu dan khusyu' ketika melakukan shalat, karena itu tujuan utama berdirinya sang hamba di hadapan Allah Subahanahu wa Ta'ala, dan sesuai dengan kemampuan yang ada padamu dari apa yang aku sifatkan tentang kekhusu'an serta mengikuti cara shalat nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, sehingga engkau mendapatkan hasil diharapkan sebagaimana yang telah diisyaratkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan firman-Nya.

"Artinya : Sesungguhnya shalat mencegah dari perbuatan keji dan munkar".

Akhirnya. Aku memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala agar menerima shalat kita dan amal kita secara keseluruhan, dan menyimpan pahala shalat kita sampai kita bertemu dengan-Nya. "Di hari tidak bermanfaat lagi harta dan anak-anak kecuali yang datang dengan hati yang suci". Dan segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam.

Disalin dari buku Ringkasan Sifat Shalat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, yang diterbitkan oleh Lembaga Ilmiah Masjid At-Taqwa Rawalumbu Bekasi Timur.
Penerjemah : Amiruddin Abd. Djalil dan M.Dahri.

Footnote : Footnote :
1. Saya (Al-Albaani) berkata: disini terdapat isyarat yang halus untuk tidak meletakkan sandal di depan. Adab inilah yang banyak disepelekan oleh kebanyakan orang yang shalat, sehingga Anda menyaksikan sendiri diantara mereka yang shalat menghadap ke sandal-sandal.

2. Saya (Al-Albaani) berkata: dari sini kita tahu bahwa apa yang dilakukan oleh banyak orang di setiap masjid seperti yang saya saksikan di Suriah dan negeri-negeri lain yaitu shalat di tengah masjid jauh dari dinding atau tiang adalah kelalaian terhadap perintah dan perbuatan Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam.

3. Yaitu kayu yang dipasang di bagian belakang pelana angkutan di punggung unta. Di dalam hadits ini terdapat isyarat bahwa: mengaris di atas tanah tidak cukup untuk dijadikan sebagai garis pembatas, karena hadits yang meriwayatkan tentang itu lemah.

4. Adapun hadits yang disebutkan dalam kitab "Haasyiatul Mathaaf" bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam shalat tanpa menghadap pembatas dan orang-orang lewat di depannya, adalah hadits yang tidak shahih, lagi pula tidak ada keterangan di hadits tersebut bahwa mereka lewat diantara beliau dengan tempat sujudnya.

5. "Pengharaman" maksudnya : haramnya beberapa perbuatan yang diharamkan oleh Allah di dalam shalat. "Penghalal" maksudnya : halalnya beberapa perbuatan yang dihalalkan oleh Allah di luar shalat.

6. Saya (Al-Albaani) berkata : adapun menyentuh kedua anak telinga dengan ibu jari, maka perbuatan ini tidak ada landasannya di dalam sunnah Nabi, bahkan hal ini hanya mendatangkan was-was.

7. Adapun yang dianggap baik oleh sebagian orang-orang terbelakang, yaitu menggabungkan antara meletakkan dan menggenggam dalam waktu yang bersamaan, maka amalan itu tidak ada dasarnya.

8. Saya (Al-Albaani) berkata : amalan meletakkan kedua tangan selain di dada hanya ada dua kemungkinan; dalilnya lemah, atau tidak ada dalilnya sama sekali.

9. Barang siapa yang ingin membaca do'a-do'a istiftah yang lain, silahkan merujuk kitab : "Sifat Shalat Nabi".

10. Saya telah sebutkan landasan orang yang berpendapat demikian, dan alasan yang dijadikan landasan untuk menolaknya di kitab Silsilah Hadits Dho'if No. 546 dan 547.

11. Perincian tentang ini, lihat Sifat Shalat hal 106-125 cet. ke 6 dan ke 7

12. Masih ada dzikir-dzikir yang lain untuk dibaca pada ruku' ini, ada dzikir yang panjang, ada yang sedang, dan ada yang pendek, lihat kembali kitab Sifat Shalat Nabi.

13. Masih ada dzikir-dzikir yang lain untuk dibaca pada ruku' ini, ada dzikir yang panjang, ada yang sedang, dan ada yang pendek, lihat kembali kitab Sifat Shalat Nabi.

14. Ini adalah yang disyariatkan sesudah Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam wafat dan tsabit dalilnya diriwayatkan Ibnu Mas'ud, Aisyah, Ibnu Zubair dan Ibnu Abas Radhiyallahu 'anhu, barang siapa yang ingin penjelasan lebih lengkap lihat kitab Sifat Shalat.

15. Fitnah orang hidup adalah segala yang menimpa manusia dalam hidupnya seperti fitnah dunia dan syahwat, fitnah orang yang mati adalah fitnah kubur dan pertanyaan dua malaikat, dan fitnah masih ad-dajjal apa yang nampak padanya dari kejadian-kejadian yang luar biasa yang banyak menyesatkan manusia dan menyebabkan mereka mengikuti da'wahnya tentang ketuhanannya.

Baca lagi..

Rabu, 26 November 2008

Islam Kembali Datang

Amma ba’du, Ayyuhal muslimun, marilah kita tingkatkan ketakwaan kita kepada Allah swt. dengan menjalankan perintah-Nya dan menjahui segala larangannya.

Umat Islam didera beragam krisis dan permasalahan sepanjang masa perjalan sejarahnya. Umat Islam melewati fitnah pemurtadan di masa Abu Bakar. Serangan Tartar Mongol yang mengenaskan. Peperangan salib yang memakan banyak korban. Akan tetapi umat Islam dengan beragam permasalahan dan krisis itu, memiliki faktor-faktor kemenangan, berupa Iman yang benar, yakin dan percaya dengan pertolongan Allah, merasa mulya dan terhormat dengan agama Islam. Dengan demikian Allah akan menuliskan dan menetapkan pertolongan, kemenangan, kemulyaan, dan eksistensi pada umat ini.

Namun realitas umat Islam dewasa ini merupakan kondisi yang sangat pahit dan memprihatinkan. Karena umat Islam telah kehilangan faktor-faktor kemenangan, dikarenakan umat ini menyimpang dari aturan Tuhan semesta alam dan keluar dari garis petunjuk Penghulu para Nabi, Muhammad saw. Umat Islam telah menyimpang dan karenanya terperosok dalam jurang pemisah yang sangat menganga, antara pedoman hidup yang menerangi dan menyelamatkan, dengan realitas umat yang menyedihkan. Umat telah menyimpang dari segi aqidah, ibadah, syariat, akhlak, pemikiran, bahkan dalam segi ruhani sekalipun.

Kondisi umat yang terperosok dewasa ini terjadi sesuai dengan sunnah Robbaniyah yang tidak mungkin berubah. Dan umat ini tidak akan meraih kejayaan dan kemulyaannya kecuali sesuai dengan sunnah Robbaniyah yang juga pasti.

(إِنَّ اللَّهَ لاَ يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ ) [ الرعد: 11 ].

“Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” Ar Ra’d:11

Umat Islam telah merubah dan mengganti seluruh segi kehidupannya dengan aturan lain, selain dari Allah swt dan Rasul-Nya. Kadang umat ini mengikuti blok Timur yang atheis, kadang membeo blok Barat yang kafir. Sayangnya ia menyangka sedang mengendarai bahtera keselamatan, padahal ia justeru tenggelam dalam kehancuran. Umat Islam tidak akan kembali pada kejayaan dan peradabannya kecuali jika umat ini kembali kepada orisinilitas kemulyaan dan sumber kemulyaannya, dan penopang eksistensinya, yaitu kembali pada Kitab Tuhannya dan Sunnah Nabinya.

Ayyuhal muslimun,

Umat Islam telah menyimpang, sehingga ia menjadi mangsa empuk setiap umat yang lain. Benar sabda Muhammad yang tidak pernah berucap berdasarkan nafsunya, sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Abu Daud dari hadits Tsauban, Rasulullah saw. berkata:

((توشك الأمم أن تتداعى عليكم كما تتداعى الأكلة إلى قصعتها)) فقال قائل: من قلة نحن يومئذ. قال: ((بل أنتم يومئذ كثير، ولكن غثاء كغثاء السيل، ولينزعن الله من صدور عدوكم المهابة منكم، وليقذفن في قلوبكم الوهن)) قيل وما الوهن يا رسول الله ؟! قال: ((حب الدنيا وكراهية الموت ))

“Umat-umat lain seakan-akan mengkerubuti kalian, sebagaimana pemakan mengkerubuti hidangan makanan” seseorang bertanya, “Apakah pada waktu itu kami berjumlah sedikit?” Rasulullah menjawab: “Tidak, Bahkan kalian banyak, akan tetapi kalian seperti buih di tengah lautan, Sungguh Allah telah mencabut rasa takut dari dada musuh-musuh kalian, dan sungguh diletakkan dalam hati kalian sikap wahn.” Dikatakan, “Apa wahn ya Rasulallah? Ia menjawab: “Cinta dunia dan takut mati.”

Ya, demi Allah, engkau benar ya habibi, ya Rasulallah, umat ini ibarat buih. Hina padahal sebelumnya mulya. Bodoh padahal sebelumnya cerdas. Lemah padahal sebelumnya kuat. Umat Islam berada di posisi paling buncit di antara kafilah manusia lainnya. Padahal kemarin mereka masih sangat diperhitungkan. Padahal sebelumya mereka memimpin kafilah peradaban manusia dengan segala kemegahan dan kejayaannya. Belum lama umat ini menjadi mercusuar yang menerangi gelapnya kehidupan peperangan, pembunuhan dan kehancuran dunia. Namun sekarang umat tertatih-tatih jalannya, bahkan tidak tau arah langkahnya.

Padahal umat sebelumnya meskipun mereka hidup di padang sahara, mampu menerangi peradaban manusia lainnya. Inilah umat yang diabadikan dan di sanjung Allah dalam Al Qur’an:

“Kalian adalah umat terbaik yang dimunculkan di tengah-tengah manusia” Ali Imran:110

Inilah yang dibanggakan Allah sebagai umat wasathiyah:

“Demikianlah kami jadikan kalian umat pertengahan.” Al Baqarah:143

Inilah umat yang Allah perintahkan untuk menyatukan barisan dan berpegang teguh dengan ajaran Allah dalam firman-Nya:

“Dan berpegang teguhlan kalian pada tali buhul Allah dan jangan cerai-berai.” Ali Imran:103

“Janganlah kalian seperti orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih setelah datang kepada mereka penjelasan.” Ali Imran:105

Bagi siapa saja yang mencermati kondisi umat Islam sekarang ini pasti tidak samar lagi bahwa umat ini terperosok dan didera krisis di semua wilayah negeri Arab dan Islam.

Ayyuhal muslimun,

Meskipun kondisi umat yang demikian, dengan kuasa Allah, umat ini tidaklah mati dan tidak akan pernah mati, sebagaimana janji Muhammad saw. yang pasti benar adanya, karena akan ada putra-putra Islam di tenaha-tengah umat ini yang menjadi bukti janji Muhammad ini, sebagaimana diriwayatkan oleh Mu’awiyah, bahwa Nabi bersabda:

(لا تزال طائفة من أمتي قائمة بأمر الله لا يضرهم من خذلهم أو خالفهم حتى يأتي أمر الله وهم ظاهرون على الناس)

“Akan ada sekelompok dari umatku yang berdiri tegak menjalankan perintah Allah. Tidak akan memberi bahaya terhadap mereka orang yang memusuhinya atau menyalahinya, sampai Allah mendatangkan putusan-Nya, dan mereka mendapatkan kemenangan atas manusia lain.”

Saya memohon kepada Allh, agar menjadikan kita bagian dari putra-putra kelompok yang ditolong ini, yaitu kelompok yang hidup untuk agama Allah, dan mengharapkan pertolongan dari-Nya.

Islam datang… ini janji Tuhan kita, meskipun orang musyrik, munafik dan pelaku dosa tidak menyukainya…

Islam datang… ya telah datang. Saya sadar akan apa yang saya katakan, sebagaimana saya juga sadar realitas umat Islam yang pahit ini, seperti yang saya sebutkan di atas. Namun, saya yakinkan kalian semua dengan sepenuh keyakinan, bahwa Islam telah datang, karena Allah swt telah menuliskan dalam kitab-Nya yang agung:

(وَلاَ تَهِنُوا وَلاَ تَحْزَنُوا وَأَنْتُمُ الأَعْلَوْنَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ) [ آل عمران: 139]

“Janganlah kalian merasa hina, sedih, padahal kalian adalah tinggi, jika kalian beriman.” Ali Imran:139

Dengan iman maka kalian jangan merasa hina. Dengan iman maka kalian jangan bersedih. Dengan iman kalian menjadi terhormat. Demi Allah, saya yakin seyakin-yakinnya, bahwa di muka bumi ini tidak semua buruk. Di dalam keburukan ini ternyata Allah menghendaki kebaikan-kebaikan yang banyak. Sebab tidak ada krisis yang menimpa umat ini kecuali Allah menjadikannya sebab kekuatan umat Islam. Tidak ada ujian kecuali Allah menjadikan sebab pembersihan hati, sebab untuk memisahkan mana yang baik, orisinil, ikhlas dan mana yang buruk, palsu dan munafik di antara kalian. Allah swt berfirman:

(أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا ءَامَنَّا وَهُمْ لاَ يُفْتَنُونَ وَلَقَدْ فَتَنَّـا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَـدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ) [ العنكبوت: 2 - 3]

“Janganlah manusia mengira mereka dibiarkan mengatakan kami beriman, sedangkan mereka tidak akan diuji? Sungguh, kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka Allah tahu mana orang yang benar imannya dan yang bohong.” Al Ankabut:2-3

Seorang pemimpin ulama, Imam Al ‘Izz bin Abdus Salam dalam bukunya “Dalam ujian ada tujuh belas manfaat” menyebutkan manfaat-manfaat di tengah-tengah ujian. Jangan kalian mengira dengan krisis ini Islam akan lenyap, umat Islam akan habis. Tidak, seribu kata tidak, demi Allah ayyuhal muslimun.

Sejarah telah mencatat kekejaman kaum Qaramithah yang menyerang Baitullah dan menyembelih umat Islam di sekitarnya. Abu Thahir Al Qarmithi mengejek Hajar Aswad dengan berteriak -baginya laknatullah- di tangah ka’bah: “Mana burung Ababil?! Mana batu-batu dari bara neraka?!

Lihatlah fitnah besar ini yang melanda seluruh muslim, sampai hajar aswad dicuri dari Baitullah lebih dari dua puluh tahun. Namun Allah mengembalikan Hajar Aswad itu, dan Allah mengembalikan umat Islam kepada agamanya. Dan akhirnya Islam mampu mengalahkan Qaramithah.

Lihatlah ujian lain, pasukan Tartar yang kafir melumatkan Baghdad, mereka menyembelih dan membunuh umat Islam selama empat puluh hari empat puluh malam, sehingga darah menggenangi jalan-jalan Baghdad. Namun demikian, Allah swt mengembalikan umat Islam pada agamanya. Dan Allah swt menghancurkan pasukan Tartar bahkan pasukan Salib di tangan orang-orang yang benar imannya lagi muskhlis, bukankah Allah swt berfirman:

( وَلاَ تَهِنُوا وَلاَ تَحْزَنُوا وَأَنْتُمُ الأَعْلَوْنَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ) [ آل عمران: 139 ]

Akan tetapi kami menginginkan, wahai umat Islam, kami menghendaki realisasi dan bukti iman, maka renungkan makna ayat tadi, “Jangan kalian sedih, lantaran iman. Jangan kalian merasa hina dengan iman. Kalian menang, jika kalian beriman.” Dengan demikian, tidak boleh ditawar-tawar lagi, yaitu buktikan dan wujudkan iman yang benar, iman yang ikhlas untuk Allah Tuhan semesta alam.

Mari renungkan bersama saya, dengarkan dan hayati dengan baik-baik Firman Tuhan semesta alam:

(يُرِيدُونَ لِيُطْفِئُوا نُورَ اللَّهِ بِأَفْوَاهِهِمْ وَاللَّهُ مُتِمُّ نُورِهِ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ) [ الصف: 8-9 ].

“Mereka berusaha untuk memadamkan cahaya Allah dengan mulut-mulut mereka, dan Allah enggan kecuali justru menyempurnakan cahaya-Nya, meskipun orang-orang kafir tidak suka. Dialah Dzat yang mengutus rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar, agar dimenangkannya atas agama semuanya, meskipun orang-orang musyrik tidak menyukai.” Al Shaff:8-9

Mari renungkan kembali firman Allah swt:

(يُرِيدُونَ أَنْ يُطْفِئُوا نُورَ اللَّهِ بِأَفْوَاهِهِمْ وَيَأْبَى اللَّهُ إِلاَّ أَنْ يُتِمَّ نُورَهُ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ) [التوبة: 32-33 ].

At Taubah:32-33

Orang-orang kafir pendosa selalu berusaha mematikan agama Allah selamanya. Selamanya juga Allah enggan, kecuali justeru menyempurnakan agamanya.

Saya yakin dengan seyakin-yakinnya, bahwa inilah pertarungan yang tidak imbang. Karena pertempuran ini antara Dzat Yang Maha Kuasa, Dzat Yang Berkehendak dengan orang kafir pendosa. Sungguh ini pertempuran yang tidak imbang. Siapakah yang memiliki kekuatan yang lebih hebat?!

Dengarkan firman Allah swt:

:(إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ لِيَصُدُّوا عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ فَسَيُنْفِقُونَهَا ثُمَّ تَكُونُ عَلَيْهِمْ حَسْرَةً ثُمَّ يُغْلَبُونَ وَالَّذِينَ

كَفَرُوا إِلَى جَهَنَّمَ يُحْشَرُونَ)[ الأنفال: 36]

“Orang-orang kafir membelanjakan harta-harta mereka untuk menghalang-halangi dari jalan Allah, maka mereka akan membelanjakan untuk itu, kemudian mereka merasa rugi kemudian mereka terkalahkan. Dan orang-orang kafir dikumpulkan di neraka jahannam.” Al Anfal:36

Dengarkan firman Allah swt. Ya mereka membelanjakan trilyunan, namun mereka merasa rugi dan akhirnya mereka kalah. Sedangakn Islam, Islam tetap tegar dan akan tetap kuat. Di mana pasukan Qaramithah? Di mana pasukan Tartar? Di mana pasukan Salib? Di mana para kafir pendosa? Bahkan di mana Fir’aun dan Haman? Di mana Ash Habul Ukhdud? Kemana setiap orang yang memerangi Islam, kemana? Mereka semua binasa dan Islam tetap ada. Islam akan tetap langgeng dengan janji Ar Rahman, Allah swt berfirman:

( إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ لِيَصُدُّوا عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ فَسَيُنْفِقُونَهَا ثُمَّ تَكُونُ عَلَيْهِمْ حَسْرَةً ثُمَّ يُغْلَبُونَ وَالَّذِينَ كَفَرُوا إِلَى جَهَنَّمَ يُحْشَرُونَ) [ الأنفال: 36 ]

“Sesungguhnya orang-orang yang kafir menafkahkan harta mereka untuk menghalangi (orang) dari jalan Allah. mereka akan menafkahkan harta itu, Kemudian menjadi sesalan bagi mereka, dan mereka akan dikalahkan. dan ke dalam Jahannamlah orang-orang yang kafir itu dikumpulkan.” Al Anfal:36

Seandainya orang-orang kafir mendengar Islam dan mengenal gambaran sebenarnya ini, pasti mereka akan lari mendekat pada Islam. Karena mereka sekarang ini hidup dalam kondisi kegoncangan hebat. Siapa yang berkunjung ke negara-negara Timur atau Barat, maka ia akan menjumpai sejumlah besar pasien dokter kejiwaan. Mereka memenuhi fisik mereka dengan semua yang menyenangkan, padahal ruh yang berada di sanubari badan mereka membrontak dan menjerit mencari obat dan nutrisinya. Mereka tidak tahu obat dan penawarnya kecuali Allah swt. Allah swt berfirman:

( وَيَسْأَلُونَكَ عَنِ الرُّوحِ قُلِ الرُّوحُ مِنْ أَمْرِ رَبِّي وَمَا أُوتِيتُمْ مِنَ الْعِلْمِ إِلاَّ قَلِيلاً)[ الإسراء: 85 ].

“Mereka bertanya kepadamu tentang ruh? Katakanlah, “Ruh itu urusanku. Dan kalian tidaklah diberi ilmu melainkan hanya sedikit.” Al Isra’:85

Sungguh, ditengah kegelapan umat Islam ini saya melihat keajaiban - keajaiban. Saya melihat potensi kebaikan yang banyak di tengah-tengah umat. Ini adalah bab firman Allah swt:

(وَلاَ تَهِنُوا وَلاَ تَحْزَنُوا وَأَنْتُمُ الأَعْلَوْنَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ) [ آل عمران: 139 ].

“Jangan kalian bersedih…”

Dalam hadits yang diriwayatkan Imam Ahmad dari Hudzaifah bin Al Yaman, hadits shahih, bahwa Nabi bersabda:

(تكون النبوة فيكم ما شاء الله أن تكون ثم يرفعها الله إذا شاء أن يرفعها، ثم تكون خلافة على منهاج النبوة، فتكون فيكم ما شاء الله أن تكون، ثم يرفعها الله إذا شاء أن يرفعها، ثم تكون ملكاً عاضاً، فتكون فيكم ما شاء الله أن تكون، ثم يرفعها الله إذا شاء أن يرفعها ثم تكون ملكاً جبرياً فتكون فيكم ما شاء الله أن تكون ثم يرفعها الله إذا شاء أن يرفعها، ثم تكون خلافة على منهاج النبوة )

“Zaman kenabian di kalangan kalian sesuai yang dikehendaki Allah bersama kalian, kemudian Allah akan mengangkatnya jika Ia menghendaki untuk menggantinya. Kemudian zaman berikutnya adalah zaman khalifah yang berpedoman pada ketentuan Nabi, masa itu akan bersama kalian sesuai yang dikehendaki Allah, kemudian Allah menggantinya jika ia berniat menggantinya. Kemudian zaman berikutnya adalah zaman rasa-raja yang menggigit, raja muslim tapi bermaksiat, zaman ini berjalan, sampai Allah menggantinya. Dan berikutnya zaman penguasa diktator, sampai Allah berkehendak menggantinya. Kemudian zaman berikutnya adalah zaman khilafah atas aturan Nabi.”

Kita memohon kepada Allah agar kita ini hidup pada zaman khilafah atas dasar kenabian yang dijanjikan, kalau tidak kita, semoga anak dan cucu kita bagian dari janji Muhammad saw. ini.

Dalam hadits lain yang diriwayatkan imam Muslim dari Tsauban, Rasulullah saw bersabda:

((أن الله تعالى زوى لي الأرض فرأيت مشارقها ومغاربها، وإن ملك أمتي سيبلغ ما زوى لي منها …..

“Sesungguhnya Allah membuka rahasia bumi, saya melihat ujung timur bumi dan ujung barat bumi. Dan kekuasaan umatku akan sampai pada yang diperlihatkan padaku itu…”

Wahai umat tauhid,

Kenapa masih ada keraguan? Kanapa masih ada putus asa? Sungguh putus asa hanya menjadikan semangat menjadi loyo, dan putus asa hanya menambah berat beban hidup.

Lihatlah Muhammad saw. di saat krisis mengepung, ia diusir, para sahabatnya meninggalkan tempat kelahirannya. Namun Muhammad saw. masih memberi kabar gembira kepada Khabab bin Al Arts:

(والله لَيُتِمَّنَّ هذا الأمر حتى يسير الراكب من صنعاء إلى حضرموت لا يخاف إلا الله والذئب على غنمه )

“Demi Allah, Sungguh urusan agama ini akan disempurnakan dan dimenangkan,

sehingga seorang pengendara berjalan antara Shan’a dan Hadramaut, tidak takut kecuali hanya pada Allah, dan srigala atas dombanya.”

Bukankah Allah swt berfirman:

(وَلاَ تَهِنُوا وَلاَ تَحْزَنُوا وَأَنْتُمُ الأَعْلَوْنَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ)[ آل عمران: 139 ].

“Jangan merasa hinda dan bersedih…”

Wahai ahli tauhid,

Sadarlah sesadar-sadarnya, bahwa setiap cobaan menambah Islam ketegaran dan kekuatan, dan menambah umat Islam semakin kuat. Akan keluar dari barisan orang-orang beriman, yaitu orang-orang yang di hatinya ada sifat nifaq. Inilah proses alamiyah cara Allah swt menyeleksi hamba-hamba-Nya.

Diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Shuhaib, Raslullah saw bersabda:

(عجباً لأمر المؤمن إن أمره كله له خير، وليس ذلك إلا للمؤمن، إن إصابته سَّراء شكر، فكان خيراً له وإن أصابته ضراء صبر فكان خيراً له

“Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin, semua urusannya baik baginya, yang demikian tidak terdapat kecuali pada diri seorang mukmin. Jika ia mendapatkan kebaikan ia bersyukur, dan syukurnya itu baik baginya. Jika ia sedang mendapatkan cobaan, ia bersabar, dan sabarnya itu baik baginya.”

Dalam hadits yang diriwayatkan Imam Ahmad, Abu Daud, dan Al Hakim, di sahihkan oleh Imam Al Albani, bahwa Rasulullah saw. Bersabda:

(ليبلغن هذا الأمر ما بلغ الليل والنهار ولا يترُكُ الله بيت مَدَرٍ ولا وَبَرٍ إلا أدخله الله هذا الدين، بعزٍ عزيز أو بذل ذليل، عزاً يعز الله به الإسلام، وذلاً يذل الله به الكفر )

“Sungguh urusan agama ini akan sampai melampaui siang dan malam, dan Allah tidak melewatkan sebuah rumah di pelosok-pelosok, kecuali Allah memasukkan agama ini, dengan kemulyaan orang yang kuat dan dengan kehinaan orang yang hina. Mulya karena Allah memulyakan dengan agama Islam, dan hina yang Allah hinakan karena kekafiran.”

Menarik untuk disampaikan di sini ungkapan seorang pemikir :

“Peradaban berputar laksana bumi berputar, jika peradaban tenggelam di sini, maka peradaban pengganti akan muncul di sana. Dan peradaban hampir merekah dengan sabaik-baik bentuk. Itulah peradaban Islam, peradaban yang dirinya sendiri mempunyai potensi kekuatan paling kuat. Potensi ruhani suci yang mendunia.”

Ayyuhal muwahhidun,

Demi Allah, demi Allah, umat ini tinggal melangkah dan menapaki derajat agama ini, dan agar umat ini mengetahui kadar kenikmatan ini, nikmat yang dihadirkan buat kita oleh Tuhan semesta alam.

Telah saya sebutkan sebelumnya, bahwa apa yang terjadi pada umat ini adalah sesuai dengan sunnah Rabbaniyyah, tidak akan berubah dan berganti. Dan umat ini tidak akan kembali mulya dan jaya kecuali sesuai dengan sunnah ini. Jika demikian, tidak ada cara lain lagi agar Allah swt menolong umat ini dari krisis, hina, menyia-nyiakan agamanya kecuali dengan iman yang benar, kembali pada Islam yang sebenarnya. Bahkan hendaknya umat ini menolong agama Allah, agar Allah swt memenangkan mereka.

Bukankah Allah berfirman:

( وَلَيَنْصُرَنَّ اللَّهُ مَنْ يَنْصُرُهُ إِنَّ اللَّهَ لَقَوِيٌّ عَزِيزٌ) [ الحج: 40 ]

“Dan sungguh Allah menolong orang yang menolong-Nya. Dan sungguh Allah maha Perkasa lagi Maha Tinggi.” AL Hajj:40

Bukankah Allah berfirman:

(إِنَّا لَنَنْصُرُ رُسُلَنَا وَالَّذِينَ ءَامَنُوا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَيَوْمَ يَقُومُ الأَشْهَادُ) [ غافر: 51 ].

“Sungguh Kami akan menolong Rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman di kehidupan ini dan pada hari persaksian kelak.” Ghafir:51

Bukankah Allah swt berfirman:

(وَكَانَ حَقًّا عَلَيْنَا نَصْرُ الْمُؤْمِنِينَ) [الروم: 47]

“Dan menjadi kewajiban Kami menolong orang-orang yang beriman.” Ar Rum:48

Bukankah Allah berfirman:

(وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا يَعْبُدُونَنِي لاَ يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا وَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ) [ النور: 55 ].

“Allah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kalian dan orang-orang yang beramal shaleh, pasti Allah akan menjadikan mereka khalifah di muka bumi sebagaimana orang-orang sebelum mereka memperoleh khilafah, dan Allah akan meneguhkan bagi mereka agama mereka yang diridhai, dan Allah akan menggantikan ketakutan sebelumnya menjadi rasa aman. Mereka menyembah-Ku, tidak menyekutukan-Ku dengan sesuatu apapun. Dan barangsiapa yang kafir setelah itu, sungguh mereka adalah orang-orang fasik.” An Nur:55

Dalam peringatan Kebangkitan Nasional (20 Mei) yang lalu, ada sebagian putra-putra Indonesia, anak-anak bangsa besar ini yang mencanangkan Indonesia Emas Tahun 2015, atau 2020, atau 2025, ya… itu semua bukanlah mimpi kosong, bukan cita tanpa realita… Itulah wujud optimisme hidup seorang muslim. Optimisme yang dilandasi iman yang benar, percaya pada pertolongan Allah, sekaligus bangga menunjukkan identitas ke-Islaman. Islam yang yang damai, sejuk, menebar cinta dan kasih sayang, wasathiyah dan rahmatan lil ‘alamin.

Aqulu qauli hadza, wa astaghfirullahal Adzim li wa lakum walisairil muslimin wal muslimat, Fas taghfiruh innahu huwal Ghafurur Rahim.

Baca lagi..

Rabu, 5 November 2008

Hikmah: Salat Berjamaah Republika

Hikmah: Salat Berjamaah Republika

www.weluvislam.com

by: Naim Syukri

Abu Mas'ud r.a., sahabat Nabi saw, menyampaikan sebuah kisah. Suatu ketika, saat hendak shalat berjamaah, Nabi menyentuh setiap bahu kami sambil bersabda: "Luruskan shafmu, jangan bengkok-bengkok. Shaf yang bengkok akan menyebabkan hatimu terpecah-belah." (HR Muslim).

Hadis tersebut mengandung makna yang sangat patut kita renungkan. Ternyata ada hubungan yang erat antara keadaan shaf umat Islam ketika salat berjamaah dengan keadaan hati mereka. Padahal, hati itulah yang menentukan rasa persaudaraan, persatuan, dan kesatuan umat. Bahkan Alquran menyatakan bila hati bercerai-berai, kendatipun di luar tampak ada persatuan, itu hanya persatuan semu. "Kamu kira mereka itu bersatu, padahal hati mereka bercerai-berai," firman Allah swt dalam surat Al-Hasyr: 14. Tapi, di antara sekian banyak pembicaraan mengenai persatuan umat Islam dewasa ini, hampir-hampir tidak pernah kita temukan ulasan atau analisis yang menghubungkannya dengan shaf salat.

Padahal, jika ketidaksempurnaan shaf shalat saja bisa mengakibatkan hati umat Islam terpecah-belah, tentu akan lebih besar lagi pengaruhnya jika salat jamaah itu sendiri memang tidak ditegakkan oleh umat Islam. Dari sejarah Nabi kita tahu bahwa sejak salat wajib lima waktu diperintahkan Allah, beliau selalu mengerjakannya secara berjamaah.

Bahkan dalam keadaan genting sekalipun, misalnya perang, saalat jamaah tetap ditegakkan. Untuk itu, beliau telah mengajarkan tata-caranya. Salat jamaah juga tetap dipelihara oleh para sahabat sesudah beliau wafat. Bagaimana keadaan umat Islam kini, khususnya kita, umat Islam di Indonesia yang jumlahnya terbesar dibandingkan negara lain? Jawaban pertanyaan tersebut dapat kita lihat di masjid-masjid setiap waktu salat.

Masjid hanya penuh dengan jamaah ketika salat Jumat, salat tarwih, dan salat Ied. Saat salat lima waktu, masjid yang biasanya penuh hanya terisi dua tiga shaf. Terutama saat salat subuh. Mungkin ada yang berkata, salat sendirian juga sah. Perbedaan antara salat jamaah dan salat sendirian hanya pada pahala. Memang itu benar menurut fiqih.

Tapi, salat tidak hanya urusan fiqih belaka. Buktinya, Nabi sendiri menghubungkan shaf dengan masalah sosial kemasyarakatan. Alhasil, ketika kita sering prihatin karena mudah dipecah-belah dan diadu domba, salah-satu sumbernya memang mungkin kita sendiri, di masjid. Tepatnya ketika kita tak lagi menegakkan salat jamaah, seperti dicontohkan Nabi.

Tapi, untuk itu kita masih merasa punya dalih. Tuntutan jam kerja era modern membuat kita harus sibuk. Jawaban untuk dalih ini adalah sebuah pertanyaan: Adakah yang melebihi kesibukan dan kegentingan perang? Padahal, pada saat seperti itu, Nabi tetap salat jamaah?

Sumber :Oleh Fuad Rumi

Petikan asal daripada: Klik Sini

Baca lagi..

Isnin, 20 Oktober 2008

Rahsia Disebalik Air Sembahyang

Ramai di antara kita yang tidak sedar akan hakikat bahawa setiap yang dituntut dalam Islam
mempunyai hikmah nya yang tersendiri.

Pernahkah kita terfikir mengapa kita mengambil wuduk sedemikian rupa?

Pernah kita terfikir segala hikmah yang kita perolehi dalam menghayati Islam?

Pernah kita terfikir mengapa Allah lahirkan kita sebagai umat Islam?

1. Ketika berkumur, berniatlah kamu dengan, "Ya Allah,ampunilah dosa mulut dan lidahku ini".

Penjelasan nombor 1 : Kita hari-hari bercakap benda-benda yang tak berfaedah.


2. Ketika membasuh muka, berniatlah kamu dengan, "Ya Allah, putihkanlah muka ku di akhirat kelak, Janganlah Kau hitamkan muka ku ini".

Penjelasan nombor 2 : Ahli syurga mukanya putih berseri-seri.

3. Ketika membasuh tangan kanan, berniatlah kamu dengan, "Ya Allah, berikanlah hisab-hisabku ditangan kanan ku ini".

Penjelasan nombor 3 : Ahli syurga diberikan hisab-hisabnya di tangan kanan

4. Ketika membasuh tangan kiri, berniatlah kamu dengan, "Ya Allah, janganlah Kau berikan hisab-hisab ku di tangan kiri ku ini".

Penjelasan nombor 4 : Ahli neraka diberikan hisab-hisabnya di tangan kiri .

5. Ketika membasuh kepala, berniatlah kamu dengan,"Ya Allah,lindunganlah daku dari terik matahari di padang Masyar dengan Arasy Mu".

Penjelasan nombor 5 : Panas di Padang Masyar macam matahari sejengkal di atas kepala.

6. Ketika membasuh telinga, berniatlah kamu dengan,"Ya Allah, ampunilah dosa telinga ku ini"

Penjelasan nombor 6 : Hari-hari mendengar orang mengumpat, memfitnah dll.

7. Ketika membasuh kaki kanan, berniatlah kamu dengan."Ya Allah, permudahkanlah aku melintasi titian Siratul Mustaqqim".

Penjelasan nombor 7 : Ahli syurga melintasi titian
dengan pantas sekali..

8. Ketika membasuh kaki kiri, berniatlah kamu dengan,"Ya, Allah, bawakanlah daku pergi ke masjid-masjid, surau-surau dan bukan tempat- tempat maksiat"

Penjelasan nombor 8 : Qada' dan Qadar kita di tangan Allah.


Original by: WeLuvIslam.Com

Baca lagi..

Ahad, 21 September 2008

Ramadhan; Sayyidus Syuhur (6); Syahrut Tarbiyah

Ramadhan; Syahrut Tarbiyah

Kenapa bulan Ramadhan disebut dengan syahrut Tarbiyah (bulan pembinaan dan pendidikan)??

Karena pada bulan ini umat Islam dididik langsung oleh Allah SWT. dan diajarkan oleh-Nya supaya bisa mengatur waktu dalam kehidupan secara baik; Kapan waktu makan, kapan waktu bekerja, kapan waktu istirahat dan kapan waktu ibadah.

Tarbiyah adalah sarana yang sangat urgen bagi kehidupan insan dan umat, karena dengan tarbiyah akan lahir Syakhshiyah islamiyah mutakamilah mutawazinah (kepribadian islami yang utuh dan seimbang) yang siap menjawab tantangan zaman dengan segala problematika, ujian dan cobaannya.



Dalam kontek tarbiyah itu sendiri; untuk menghasilkan kader-kader yang memiliki Syakhshiyah islamiyah mutakamilah mutawazinah (kepribadian islami yang utuh dan seimbang), maka manhaj tarbiyah harus mampu merealisasikan tujuan-tujuan berikut ini:

1. Memahami Islam sebagai manhaj atau pedoman hidup bagi Manusia yang bersifat syumiliyah (universal), mutawazinah (seimbang), mutakamilah (integral), alamiyah (global), murunah (fleksibel) dan waqi’iyyah (realistis) serta robbaniyyah (bersumber dari Allah).

2. Memiliki komitmen pada Islam dalam semua aspeknya; sosial, politik, ekonomi, pendidikan dan lain-lainnya; sehingga semua nazhoriyah (teori) dapat teraplikasikan di dalam kehidupan yang nyata.

3. Memperhatikan kondisi obyektif masyarakat dalam hal aplikasi, komunikasi dan interaksi dengan prinsip-prinsip Islam. Semua itu harus disesuaikan dengan situasi, kondisi, waktu dan tempat. Apakah dengan kaum muslimin ataukah dengan non muslim dan baik dalam ta’amul da’awi (interaksi da’wah) maupun ta’amul siyasi (interaksi politik).

Selain itu juga perlu dilihat apakah di dalam masyarakat yang mono-loyalitas ataukah multi-loyalitas; karena memang tidak mungkin mengaplikasikan Islam hanya dengan satu model. Oleh karena itu diperlukan ta-shil syari (pengokohan hukum syar’i’) dalam berinteraksi dengan orang lain (fiqhu ta’amul ma’al ghoir) dan manhaj tarbiyah haruslah dibuat di atas landasan ini.

4. Memperhatikan tanggung jawab tarbiyah. Dalam rangka mencetak kader da’wah dan generasi yang bisa bergaul dengan masyarakat luar; mampu mempengaruhi, menguasai dan tidak menganggap mereka sebagai musuh walaupun perlakuan mereka keras, kasar dan menyakitkan. Sebab da’i sejati dan aktivis yang sukses adalah justru orang yang mampu merekrut orang-orang yang sulit direkrut. Di sini nampak adanya perbedaan daya tarik dan kemampuan di antara para aktifis untuk menguasai dan merekrut massa.

Dalam bulan romadhan, Allah SWT ingin memberikan tarbiyah kepada kaum muslimin, agar tercetak sosok yang shalih, meningkat keimanannya, berakhlak dan berpengetahuan yang lurus serta komitmen di jalan da’wah untuk menggapai ridho Allah.

Istilah Ramadhan itu sendiri berasal dari kata ramadla-yarmudlu-ramadlan artinya panas membakar. Panas membakar ini bisa berasal dari sinar matahari. Orang Arab dahulu ketika memindahkan nama-nama bulan dari bahasa lama ke bahasa Arab, mereka menamakan bulan-bulan itu menurut masa yang dilaluinya. Kebetulan bulan Ramadhan masa itu sedang melalui musim panas akibat sengatan terik matahari apalagi bagi pejalan kaki di atas padang pasir pada masa itu.

Ramadhan bermakna panas membakar juga di dasarkan karena perut orang-orang yang berpuasa tengah terbakar akibat menahan makan minum seharian. Panas membakar bulan Ramadhan bisa juga berarti karena bulan Ramadhan memberikan energi untuk membakar dosa-dosa yang dilakukan manusia.

Pada bulan yang sangat istimewa ini, terdapat sekian banyak wahana yang bisa dimanfaatkan dalam rangka penggemblengan dan pemanasan diri itu. Dari yang wajib seperti puasa dan zakat fitrah hingga yang sunaah seperti i’tikaf, tadarus, tarawih, sedekah, dan sebagainya. Dari yang berbentuk fisik seperti memberi makanan berbuka kepada fakir miskin hingga yang psikis seperti sabar, tawakal, amanah, jujur dan sebagainya.

Terlebih lagi bagi seorang da’i yang memiliki concern dalam aktivitas da’wah; sadar akan nilai-nilai Islam baik teori ataupun praktek, maka Ramadhan merupakan pusat tarbiyah as-syumuliyah dan mutamatsilah (pembinaan yang komprehensif dan terpadu), sehingga ketika melalui bulan ini sebelum terjun kelapangan memberikan perbaikan pada masyarakatnya, seorang da’i ditempa dirinya terlebih dahulu.

Secara garis besar dapat kita temui bahwa Ramadhan merupakan sarana tarbiyah yang meliputi :

1. Ramadhan merupakan sarana arbiyah Ruhiyah (pembinaan spiritual)

Pada dasarnya setiap ibadah yang Allah perintahkan kepada hamba-hamba-Nya, selain merupakan kewajiban dan alasan diciptakannya manusia dan makhluk lainnya; juga merupakan sarana untuk membersihkan diri manusia itu sendiri dari kotoran dan dosa yang melumuri jiwa, sehingga tidak ada satu ibadahpun yang lepas dari arah tersebut; shalat misalnya merupakan sarana untuk mencegah diri dari perbuatan keji dan mungkar. Zakat yang dikeluarkan oleh orang kaya merupakan sarana untuk membersihkan diri dan hartanya dari kotoran yang terdapat dalam hartanya, seperti yang tersirat dalam surat At-Taubah (9) ayat 103 dan Al-Lail (92) ayat 18.

Begitupun dengan bulan ramadhan yang di dalamnya terdapat ibadah puasa, berfungsi sebagai sarana tazkiyatunnafs (perbersihan jiwa), dimana orang yang berpuasa selain menjaga diri untuk tidak makan dan minum, juga dituntut untuk mematuhi perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya, dan melatih dirinya untuk menyempurnakan ibadahnya kepada Allah walau dalam keadaan lapar, bersikap jujur, menjaga diri dari ucapan kotor dan keji, sifat dengki dan hasad. Dan dalam ibadah puasa juga ada hikmah yang tinggi; memenangkan ruh ilahi atas materi dan akal atas nafsu angkara murka.

2. Ramadhan merupakan sarana tarbiyah jasadiyah (pembinaan jasmani)

Ibadah puasa merupakan ibadah yang tidak hanya membutuhkan pengendalian hawa nafsu tapi juga membutuhkan kekuatan fisik, karenanya puasa tidak diwajibkan bagi mereka yang kesehatannya tidak prima, seperti orang tua yang telah renta, orang sakit, wanita yang sedang hamil tua atau menyusui serta orang yang sedang musafir (dalam perjalanan); yang mana kesemua itu merupakan keringanan (rukhsah) bagi mereka; karena ketidak mampuan, atau karena kesehatan janin dan bayi dan menjaga kesehatan bagi orang yang sedang musafir. (Lihat surat al-baqarah ayat 184). Selain itu juga dengan puasa dari segi kesehatan akan membersihkan usus-usus, memperbaiki kerja pencernaan, membersihkan tubuh dari sisa-sisa endapan makanan, mengurangi kegemukan dan menenangkan kejiwaan atas aspek materil yang ada dalam diri manusia.

3. Ramadhan merupakan sarana tarbiyah ijtima’iyah (pembinaan sosial)

Selain melatih diri, puasa juga memiliki sisi pendidikan sosial, apalagi dalam kewajiban puasa ramadlan, seluruh umat islam di dunia diwajibkan berpuasa, tanpa terkecuali; baik yang kaya atau miskin, pria atau wanita, kecuali bagi mereka yang ada udzur, disinilah letak pendidikan sosial, mereka sama dihadapan perintah Allah, sama dalam merasakan lapar dan dahaga, dan sama dalam ketundukan terhadap perintah Allah.

Puasa juga dapat membiasakan umat untuk hidup dalam kebersamaan, bersatu, cinta keadilan dan persamaan, begitupun juga melahirkan kasih sayang kepada orang-orang miskin, sehingga orang-orang yang mampu dan kaya merasakan apa yang di derita oleh orang-orang fakir dan miskin dan mau memberi dari rizki yang Allah anugrahkan kepadanya. Sehingga dari sinilah di harapkan timbul rasa persaudaraan dan solidaritas.

Sebagaimana dalam puasa ramadlan disunnahkan untuk memperbanyak sedekah karena sedekah yang paling utama adalah sedekah pada bulan Ramadhan. Bersedekah bukan hanya memberi uang , tetapi termasuk di dalamnya memberi pertolongan, mengajak berbuka puasa kepada fakir miskin, memberi perhatian, bahkan memberi seulas senyum pun sudah termasuk suatu sedekah.

Jika konsep memberi -secara luas- ini diterapkan secara maksimal selama Ramadhan, maka akan luar biasa pengaruhnya pada pribadi kita. Sikap kikir menyingkir, sikap ketergantungan menghilang. Dengan memberi sedekah setahap demi setahap harga diri akan meningkat. Karena, sesungguhnya ketika kita memberi, seseorang akan memperoleh. Dengan demikian, dalam konsep memberi terkandung esensi cinta-kasih.

Adanya kewajiban Zakat fitrah (zakatul fitri) dalam bulan puasa ramadlan merupakan bukti lain adanya tarbiyah ijtima’iyah yang dibangun dalam bulan Ramadlan, yaitu zakat atau sedekah yang dihubungkan dengan Idul Fitri. Pada saat itu, tiap-tiap orang Islam diwajibkan membayar zakat fitrah berupa bahan makanan yang jumlahnya telah ditentukan, baik berupa gandum, beras, atau apa saja yang menjadi bahan makanan pokok daerah setempat, dan dihitung menurut jumlah keluarga, termasuk orang tua, anak-anak, lelaki dan perempuan.

Dan dalam berpuasa juga ditanamkan sifat tenggang rasa dan solidaritas dalam kehidupan yang memilki keragaman etnis, warna kulit dan ras, apalagi sesama muslim yang memiliki keragaman mazhab, kelompok dan golongan yang berasal dari keragaman pemahaman dalam mengambil intisari dari ajaran Islam. Perbedaan kelompok, mazhab dan golongan adalah merupakan hal yang lumrah, namun yang patut kita sadari bahwa dengan adanya perbedaan tersebut kita (umat Islam) tidak boleh terpecah belah dan tidak bersatu, namun hendaknya bisa dijadikan sarana untuk memupuk persaudaraan, dan membangun bangunan Islam agar lebih kokoh lagi, sehingga dengannya tidak akan terjadi saling gontok-gontokkan, mencela, menuding dan menghina karena hanya permasalahan sepele dan furu’ saja.

4. Ramadhan merupakan sarana tarbiyah khuluqiyah (pembinaan akhlak)

Puasa juga mendidik manusia untuk memiliki akhlak yang mulia dan terpuji, sabar dan jujur serta tegar terahadap segala ujian dan cobaan, hal ini terlihat dari arahan Rasulullah Saw. dalam meriwayatkan Hadits Qudsi bahwa orang yang berpuasa wajib meninggalkan akhlak yang buruk. Segala tingkah lakunya harus bercermin pada budi yang luhur. Ia wajib menjaga diri, jangan sampai melakukan ghibah (mempergunjingkan diri orang lain, gosip), atau melakukan hal-hal yang tiada berguna, sehingga Allah berkenan menerima puasanya.

Rasulullah SAW bersabda dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah r.a.:



“Apabila seorang dari kamu sekalian berpuasa, maka janganlah ia berkata kotor dan berteriak. Bila dicela orang lain atau dimusuhi, maka katakanlah: “Aku ini sungguh sedang puasa”. Dalam hadits lain disebutkan: Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa yang tidak mampu meninggalkan perkataan dusta, dan melakukan perbuatan dusta, maka Allah tidak membutuhkan lapar dan dahaga mereka” (HR Bukhari dan Abu Dawud).

Mengenai hadits yang terakhir, Al’Allamah Asy-Syaukani berkata: “Menurut Ibnu Bathal, maksud hadits di atas bukan berarti orang itu disuruh meninggalkan puasa, tetapi merupakan peringatan agar jangan berkata bohong atau melakukan perbuatan yang memuat dusta. Sedangkan menurut Ibnu Arabi, maksud hadits ini ialah bahwa puasa seperti itu tidak berpahala. Dan berdasarkan hadits ini, Ibnu ‘arabi mengatakan pula bahwa perbuatan-perbuatan buruk tersebut di atas dapat mengurangi pahala puasa



5. Ramadhan merupakan sarana tarbiyah jihadiyah

Puasa juga merupakan sarana dalam menumbuhkan semangat jihad dalam diri umat, terutama jihad dalam memerangi musuh yang ada dalam jiwa setiap muslim, mengikis hawa nafsu, dan berusaha menghilangkan dominasi jiwa yang selalu membawanya kepada perbuatan yang menyimpang. Sebagaimana puasa juga menumbuhkan semangat jihad yang nyata, karenanya peperangan yang terjadi dan dilakukan oleh Rasulullah dan para sahabatnya kebanyakan di bulan puasa, dan justru dengan berpuasa mereka dapat lebih semangat dalam berjihad, karena dengan puasa hati terasa lebih dekat kepada Allah SWT dibanding hari-hari dan bulan-bulan yang lain, walaupun pada dasarnya Rasulullah saw dan sahabatnya tidak pernah merasa jauh dari Allah SWT. Dan bukan karena berpuasa orang lalu boleh bermalas-malasan atau tidur-tiduran. Namun yang lebih utama adalah kegiatan dan aktivitas orang yang berpuasa tidak kendor dan berkurang karena alasan sedang berpuasa, namun sebaliknya harus lebih ditingkatkan lagi, karena ganjaran orang yang melakukan kebaikan saat puasa ramadlan bahwa pahalanya akan dilipat gandakan sepuluh kali lipat oleh Allah. Karena itu Allah SWT berfirman :

والذين جاهدوا فينا لنهدينهم سبلنا

“Barangsiapa yang bersungguh-sungguh dijalan kami maka Kami akan tunjukkan jalan-jalan Kami (jalan yang lurus)” (QS. 29 ayat 69)

Dan puncak tarbiyah yang dapat di raih oleh seorang muslim pada bulan ramadhan adalah mencapai maqam taqwa disisi Allah SWT, sebagaimana yang telah difirmankan Allah dipenutup perintah-Nya untuk berpuasa, “agar kamu bertaqwa”, karena dengan puasa kesehatan qalb (hati) dan jasad (jasmani) terjaga.

Baca lagi..

Khamis, 11 September 2008

Meninggalkan Solat Jumaat

Hadis :
Dari Abdullah bin Umar dan Abu Hurairah r.a keduanya menceritakan bahawa mereka mendengar daripada Rasulullah s.a.w, ketika baginda sedang berkhutbah di atas mimbar, sabdanya:"Hendaklah orang-orang yang suka meninggalkan Jumaat menghentikan perbuatan mereka itu, atau adakah mereka mahu Allah membutakan hati mereka dan sesudah itu mereka betul-betul menjadi orang yang lalai?" (Muslim)

Huraian:
Meninggalkan solat Jumaat merupakan perbuatan yang ditegah kerana solat jumaat hukumnya adalah fardhu ain ke atas setiap individu muslim. Orang yang meringan-ringankan hukum Allah ini akan mengundang kemurkaan-Nya dan mereka bakal menerima balasan yang setimpal dengan dosa yang dilakukan. Bahkan orang yang enggan mentaati suruhan Allah pintu hatinya lama-kelamaan akan tertutup daripada mendapat hidayah menjadikan mereka semakin sesat dan tanpa segan terus melakukan dosa-dosa yang lain. Sesungguhnya orang yang dibenarkan meninggalkan solat Jumaat hanyalah mereka yang menghadapi kesukaran yang mencapai darjah keuzuran syar'i sepertimana yang berlaku kepada orang sakit dan orang musafir. Oleh itu sekiranya seseorang itu tiada sebarang alasan yang munasabah di sisi syarak untuk meninggalkan solat Jumaat, maka hendaklah mereka mengerjakannya kerana solat Jumaat selain dariapada suatu kewajiban dalam beribadat kepada Allah S.W.T ia juga merupakan suatu syiar Islam yang wajib dipelihara demi menjaga kesucian agama.

Baca lagi..

Ahad, 15 Jun 2008

Iblis Datang Mengganggu Ketika Sakaratul Maut

Iblis Datang Mengganggu Ketika Sakaratul Maut

Syaitan dan Iblis akan sentiasa mengganggu manusia, bermula dengan memperdayakan manusia dari terjadinya dengan setitik mani hinggalah ke akhir hayat mereka, dan yang paling dahsyat ialah sewaktu akhir hayat iaitu ketika sakaratul maut. Iblis mengganggu manusia sewaktu sakaratul maut disusun menjadi 7 golongan dan rombongan.
Hadith Rasulullah SAW. menerangkan:
Yang bermaksud: "Ya Allah aku berlindung dengan Engkau daripada perdayaan syaitan di waktu maut."


Rombongan 1

Akan datang Iblis dengan banyaknya dengan berbagai rupa yang pelik dan aneh seperti emas, perak dan lain-lain, serta sebagai makanan dan minuman yang lazat-lazat. Maka disebabkan orang yang di dalam sakaratul maut itu di masa hidupnya sangat tamak dan loba kepada barang-barang tersebut, maka diraba dan disentuhnya barangan Iblis itu, di waktu itu nyawanya putus dari tubuh. Inilah yang dikatakan mati yang lalai dan lupa kepada Allah SWT inilah jenis mati fasik dan munafik, ke nerakalah tempatnya.

Rombongan 2

Akan datang Iblis kepada orang yang didalam sakaratul maut itu merupakan diri sebagai rupa binatang yang di takuti seperti, Harimau, Singa, Ular dan Kala yang berbisa. Maka Apabila yang sedang di dalam sakaratul maut itu memandangnya saja kepada binatang itu, maka dia pun meraung dan melompat sekuat hati. Maka seketika itu juga akan putuslah nyawa itu dari badannya, maka matinya itu disebut sebagai mati lalai dan mati dalam keadaan lupa kepada Allah SWT, matinya itu sebagai Fasik dan Munafik dan ke nerakalah tempatnya.

Rombongan 3

Akan datang Iblis mengacau dan memperdayakan orang yang di dalam sakaratul maut itu dengan merupakan dirinya kepada binatang yang menjadi minat kepada orang yang hendak mati itu, kalau orang yang hendak mati itu berminat kepada burung, maka dirupai dengan burung, dan jika dia minat dengan Kuda lumba untuk berjudi, maka dirupakan dengan Kuda lumba (judi). Jika dia minat dengan dengan ayam sabung, maka dirupakan dengan ayam sabung yang cantik. Apabila tangan orang yang hendak mati itu meraba-raba kepada binatang kesayangan itu dan waktu tengah meraba-raba itu dia pun mati, maka matinya itu di dalam golongan yang lalai dan lupa kepada Allah SWT. Matinya itu mati Fasik dan Munafik, maka nerakalah tempatnya.

Rombongan 4

Akan datang Iblis merupakan dirinya sebagai rupa yang paling dibenci oleh orang yang akan mati, seperti musuhnya ketika hidupnya dahulu maka orang yang di dalam sakaratul maut itu akan menggerakkan dirinya untuk melakukan sesuatu kepada musuh yang dibencinya itu. Maka sewaktu itulah maut pun datang dan matilah ia sebagai mati Fasik dan Munafik, dan nerakalah tempatnya

Rombongan 5

Akan datang Iblis merupakan dirinya dengan rupa sanak-saudara yang hendak mati itu, seperi ayah ibunya dengan membawa makanan dan minuman, sedangkan orang yang di dalam sakaratul maut itu sangat mengharapkan minuman dan makanan lalu dia pun menghulurkan tangannya untuk mengambil makanan dan minuman yang dibawa oleh si ayah dan si ibu yang dirupai oleh Iblis, berkata dengan rayu-merayu "Wahai anakku inilah sahaja makanan dan bekalan yang kami bawakan untukmu dan berjanjilah bahawa engkau akan menurut kami dan menyembah Tuhan yang kami sembah, supaya kita tidak lagi bercerai dan marilah bersama kami masuk ke dalam syurga." Maka dia pun sudi mengikut pelawaan itu dengan tanpa berfikir lagi, ketika itu waktu matinya pun sampai maka matilah dia di dalam keadaan kafir, kekal ia di dalam neraka dan terhapuslah semua amal kebajikan semasa hidupnya.

Rombongan 6

Akan datanglah Iblis merupakan dirinya sebagai ulamak-ulamak yang membawa banyak kitab-kitab, lalu berkata ia: "Wahai muridku, lamalah sudah kami menunggu akan dikau, berbagai ceruk telah kami pergi, rupanya kamu sedang sakit di sini, oleh itu kami bawakan kepada kamu doktor dan bomoh bersama dengan ubat untukmu." Lalu diminumnya ubat, itu maka hilanglah rasa penyakit itu, kemudian penyakit itu datang kembali. Lalu datanglah pula Iblis yang menyerupai ulamak dengan berkata: "Kali ini kami datang kepadamu untuk memberi nasihat agar kamu mati didalam keadaan baik, tahukah kamu bagaimana hakikat Allah?" Berkata orang yang sedang dalam sakaratul maut: "Aku tidak tahu." Berkata ulamak Iblis: "Ketahuilah, aku ini adalah seorang ulamak yang tinggi dan hebat, baru sahaja kembali dari alam ghaib dan telah mendapat syurga yang tinggi. Cubalah kamu lihat syurga yang telah disediakan untukmu, kalau kamu hendak mengetahui Zat Allah SWT hendaklah kamu patuh kepada kami." Ketika itu orang yang dalam sakaratul maut itu pun memandang ke kanan dan ke kiri, dan dilihatnya sanak-saudaranya semuanya berada di dalam kesenangan syurga, (syurga palsu yang dibentangkan oleh Iblis bagi tujuan mengacau orang yang sedang dalam sakaratul maut). Kemudian orang yang sedang dalam sakaratul maut itu bertanya kepada ulamak palsu: "Bagaimanakah Zat Allah?" Iblis merasa gembira apabila jeratnya mengena. Lalu berkata ulamak palsu: "Tunggu, sebentar lagi dinding dan tirai akan dibuka kepadamu." Apabila tirai dibuka selapis demi selapis tirai yang berwarna warni itu, maka orang yang dalam sakaratul maut itu pun dapat melihat satu benda yang sangat besar, seolah-olah lebih besar dari langit dan bumi. Berkata Iblis: "Itulah dia Zat Allah yang patut kita sembah." Berkata orang yang dalam sakaratul maut: "Wahai guruku, bukankah ini benda yang benar-benar besar, tetapi benda ini mempunyai jihat enam, iaitu benda besar ini ada di kirinya dan kanannya, mempunyai atas dan bawahnya, mempunyai depan dan belakangnya. Sedangkan Zat Allah tidak menyerupai makhluk, sempurna Maha Suci Dia dari sebarang sifat kekurangan. Tapi sekarang ini lain pula keadaannya dari yang di ketahui dahulu. Tapi sekarang yang patut aku sembah ialah benda yang besar ini." Dalam keraguan itu maka Malaikat Maut pun datang dan terus mencabut nyawanya, maka matilah orang itu di dalam keadaan dikatakan kafir dan kekal di dalam neraka dan terhapuslah segala amalan baik selama hidupnya di dunia ini.

Rombongan 7

Rombongan Iblis yang ketujuh ini Iblis terdiri dari 72 barisan sebab menjadi 72 barisan ialah kerana dia menepati Iktikad Muhammad SAW bahawa umat Muhammad akan terbahagi kepada 73 puak (barisan). Satu puak sahaja yang benar (ahli sunnah waljamaah) 72 lagi masuk ke neraka kerana sesat. Ketahuilah bahawa Iblis itu akan mengacau dan mengganggu anak Adam dengan 72 macam yang setiap satu berlain di dalam waktu manusia sakaratul maut. Oleh itu hendaklah kita mengajarkan kepada orang yang hampir meninggal dunia akan talkin Laa Ilaaha Illallah untuk menyelamatkan dirinya dari gangguan Iblis dan syaitan yang akan berusaha bersungguh-sungguh mengacau orang yang sedang dalam sakaratul maut. Bersesuaian dengan sebuah hadith yang bermaksud: "Ajarkan oleh kamu (orang yang masih hidup) kepada orang yang hampir mati itu: Laa Ilaaha Illallah."

" Ya Allah Matikanlah hambamu ini di dalam Islam dan jauhilah bisikan syaitan semasa sakaratul maut "

Baca lagi..

Sabtu, 31 Mei 2008

Solat malam untuk hapus dosa

RASULULLAH bersabda yang bermaksud : “Ramadan, bulan diwajibkan Allah puasa dan aku memberi contoh kepada kamu supaya solat malam. Siapa berpuasa dan solat malam benar-benar kerana iman dan mengharapkan pahala daripada Allah akan keluar dosa bagaikan keadaannya ketika dilahirkan dari perut ibu.”
RASULULLAH bersabda yang bermaksud : “Ramadan, bulan diwajibkan Allah puasa dan aku memberi contoh kepada kamu supaya solat malam. Siapa berpuasa dan solat malam benar-benar kerana iman dan mengharapkan pahala daripada Allah akan keluar dosa bagaikan keadaannya ketika dilahirkan dari perut ibu.”

Sesungguhnya antara amalan yang dituntut pada Ramadan ialah qiamullail iaitu bangun beribadat pada waktu malam untuk menghambakan diri kepada Allah serta mengharapkan keredaan-Nya.

Qiamullail juga adalah amalan nabi dan rasul, orang salih serta alim ulama.

Ibadat ini boleh dilakukan bersendirian atau berjemaah. Antara pengisiannya termasuk solat tahajud, bertasbih, bertahmid, berzikir dan membaca al-Quran.

Waktu yang dianjurkan qiamullail ialah sepertiga akhir malam.

Rasulullah sentiasa melakukan qiamullail dengan bersungguh seperti digambarkan dalam hadis daripada Aisyah yang bermaksud: “Bahawa Rasulullah bangun sebahagian daripada malam untuk mengerjakan solat hingga bengkak kedua-dua kakinya.

“Lalu aku berkata kepada Baginda : “Mengapa Rasulullah melakukan semua ini, bukankah dosa Baginda sudah diampunkan Allah sama ada yang terdahulu atau terkemudian?'

Rasulullah menjawab: “Salahkah aku menjadi hamba yang bersyukur?”

Dalam menjelaskan kelebihan sembahyang malam, Allah berfirman yang bermaksud: “Dan pada sebahagian malam hari, sembahyang tahajudlah kamu sebagai satu ibadat tambahan bagimu. Mudah-mudahan Tuhanmu mengangkatmu ke tempat terpuji.” (Surah al-Isra, ayat 79)

Firman Allah dalam surah as-Sajdah ayat ke-16 dan 17, bermaksud: “Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya dan mereka berdoa kepada Tuhannya dengan rasa takut dan harap, bahkan mereka menafkahkan sebahagian daripada rezeki yang Kami berikan kepada mereka.

“Seorang pun tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka iaitu (bermacam-macam nikmat) apa yang menyedapkan pandangan mata, sebagai balasan terhadap apa yang mereka kerjakan.”

Baca lagi..

Rabu, 21 Mei 2008

Penjelasan Ayat 2 Surah An-Nur

Assalamualaikum,

Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus kali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akherat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan dari orang-orang yang beriman. AN NUUR (24:2)

saya masih perlukan penerangan, kali ini saya bawa ayat di atas pula.
ada seorang ustazah memberi tahu tafsiran beliau terhadap ayat di atas sebegini;

"Dlm ayat tersebut, Allah sebut 'perempuan yg berzina' dahulu sebelum 'lelaki yg berzina'. Ini adalah kerana zina bermula kerana perempuan. (i.e perempuan yg menggoda, tak tutup aurat, suara manja etc.) Jika tidak, tidak akan terjadi zina sebab kalau lelaki jahat yg mulakan terjadilah kejadian permerkosaan. "

soalan saya boleh kah tafsirkan begini, i.e mengikut turutan sebutan
sesuatu dlm ayat al Qur'an?

Jawapan:

Firman Allah:

Perempuan yang berzina dan lelaki yang berzina, hendaklah kamu sebat tiap-tiap seorang dari keduanya seratus kali sebat; dan janganlah kamu dipengaruhi oleh perasaan belas kasihan terhadap keduanya dalam menjalankan hukum ugama Allah, jika benar kamu beriman kepada Allah dan hari akhirat; dan hendaklah disaksikan hukuman seksa yang dikenakan kepada mereka itu oleh sekumpulan dari orang-orang yang beriman. [Maksud surah al-Nur 24:02]

Ya memang benar, susunan ayat tentang sesuatu objek atau subjek memang boleh menjadi hujah dalam kaedah tafsir. Memang ada disebut bahawa didahulukan wanita daripada lelaki adalah kerana wanita adalah penyebab utama bagi perzinaan berbanding lelaki.

Namun saya mengukur dari sudut yang lain, iaitu sudut perbicaraan keseluruhan ayat di mana ia membicarakan tentang hukum yang perlu dijatuhkan ke atas penzinaan. Ayat ini tidak membicarakan sebab-sebab yang menyebabkan penzinaan.

Apabila dibicarakan tentang hukum yang perlu dijatuhkan ke atas penzina, maka pendahuluan wanita ke atas lelaki adalah supaya seseorang itu lebih prihatin kepada wanita kerana mereka tidak mempunyai suasana fizikal seumpama lelaki.

Ayat tersebut menyebut:

"Fajlidu kullu wahidin minhuma mi-a-ta………."

Berkata al-Zamarkashi, Perkataan Fajlidu berasal dari kata jilid yang bererti kulit. Bererti sebatan 100 kali hanyalah kepada kulit dan tidak tertembus sehingga mengena isi (flesh) penzina itu.

Antara lelaki dan wanita, pasti sahaja mereka memiliki daya tahanan kulit yang berlainan. Oleh itu perhatian harus diutamakan kepada wanita supaya hukum rotan tersebut tidak menebusi ke kulitnya.

Aya tersebut menyambung:

"Wa la ta' khuzkum bihima ra'fatun fi deen Allah…………"

Berkata Quraish Shihab, Perkataan Ra'fatun sama kategori dengan Rahmah/Rahim akan tetapi ia memiliki maksud kasih sayang yang melimpah ruah yang melebih keperluan sedangkan Rahmah/Rahim adalah sesuai dengan kadar keperluan.

Kelazimannya seseorang itu akan lebih membelas kasihi seseorang wanita daripada lelaki ketika akan dikenakan hukuman hudud. Maka kerana itu dalam ayat ini Allah mendahulukan wanita daripada lelaki agar belas kasihan kita kepadanya tidak menyebabkan kita tidak menjatuhkan hukuman ke atasnya.

Atas dua sebab ini saya berpendapat didahului wanita di atas lelaki adalah kerana beberapa keistimewaan yang perlu ditumpukan kepada wanita apabila dijatuhkan hukum hudud.

Wasallam.

Baca lagi..

Isnin, 19 Mei 2008

Wanita yang Dimurkai Allah



Sebagaimana Allah suka degan wanita yang solehah, Allah juga sangat murka kepada beberapa jenis wanita. Oleh itu sangat perlu bagi kita mengetahui perkara yang boleh menyebabkan kebenciannya supaya kita terhindar dari kemurkaannya. Kemurkaan Allah pada hari kiamat sangat dahsyat sehinggakan nabi-nabi pun sangat takut. Bahkan Nabi Ibrahim pun lupa bahawa dia mempunyai anak yang bernama Nabi Ismail kerana ketakutan yang amat sangat.


Abu Zar r.a. meriwayatkan bahawa Nabi s.a.w. bersabda: "Seorang wanita yang berkata kepada suaminya, "semoga engkau mendapat kutukan Allah" maka dia dikutuk oleh Allah dari atas langit yang ke7 & mengutuk pula segala sesuatu yang dicipta oleh Allah kecuali 2 jenis makhluk iaitu manusia & jin."


Abdul Rahman bin Auf meriwayatkan bahawa Nabi s.a.w. bersabda: "Seorang yang membuat susah kepada suaminya dalam hal belanja atau membebani sesuatu yang suaminya tidak mampu maka Allah tidak akan menerima amalannya yang wajib & sunnatnya."


Abdullah bin Umar r.a. meriwayatkan bahawa Nabi s.a.w. bersabda: "Kalau seandainya apa yang ada dibumi ini merupakan emas & perak serta dibawa oleh seorang wanita kerumah suaminya. Kemudian pada suatu hari dia terlontar kata-kata angkuh, "Engkau ini siapa? Semua harta ini milikku & engkau tidak punya harta apa pun." Maka hapuslah semua amal kebaikannya walaupun banyak. Nabi s.a.w. adalah seorang yang sangat kasih pada ummatnya & terlalu menginginkan keselamatan bagi kita dari azab Allah. Beliau menghadapi segala rupa penderitaan, kesakitan, keletihan & tekanan. Begitu juga air mata & darah baginda telah mengalir semata-mata kerana kasih-sayangnya terhadap kita. Maka lebih-lebih lagi kita sendirilah yang wajar berusaha untuk menyelamatkan diri kita, keluarga kita & seluruh ummat baginda.


Ali r.a. meriwayatkan sebagai berikut: "Saya bersama Fatimah berkunjung ke rumah Rasulullah & kami temui beliau sedang menangis. Kami bertanya kepada beliau, "Mengapa tuan menangis wahai Rasulullah?" Beliau menjawab, "Pada malam aku di Isra'kan ke langit, daku melihat orang sedang mengalami berbagai penyeksaan...maka bila teringatkan mereka aku menangis. Saya bertanya lagi, "Wahai Rasulullah apakah yang tuan lihat?" Beliau bersabda:


1. Wanita yang digantung dengan rambutnya & otak kepalanya mendidih.

2. Wanita yang digantung dengan lidahnya serta tangannya dipaut dari punggungnya sedangkan aspal yang mendidih dari neraka dituangkan ke kerongkongnya.

3. Wanita yang digantung dengan buah dadanya dari balik punggungnya sedangkan air getah kayu zakum dituang ke kerongkongnya.

4. Wanita yang digantung, diikat kedua kaki & tangannya ke arah ubun-ubun kepalanya serta dibelit dibawah kekuasaan ular & kala jengking.

5. Wanita yang memakan badannya sendiri serta dibawahnya tampak api yang menyala-nyala dengan hebatnya.

6. Wanita yang memotong badannya sendiri dengan gunting dari neraka.

7. Wanita yang bermuka hitam & memakan ususnya sendiri.

8. Wanita yang tuli, buta & bisu dalam peti neraka sedang darahnya mengalir dari rongga badannya (hidung, telinga, mulut) & badannya membusuk akibat penyakit kulit dan lepra.

9. Wanita yang berkepala seperti kepala babi & kaldai yang mendapat berjuta jenis siksaan.

Maka berdirilah Fatimah seraya berkata,"Wahai ayahku, cahaya mata kesayanganku... ceritakanlah kepadaku apakah amal perbuatan wanita-wanita itu."

Rasulullah s.a.w. bersabda, "Wahai Fatimah, adapun tentang :

1. Wanita yang digantung dengan rambutnya kerana dia tidak menjaga rambutnya dijilbab) dikalangan lelaki.

2. Wanita yang digantung dengan lidahnya kerana dia menyakiti hati suaminya dengan kata-kata.

3. Kemudian Nabi s.a.w. bersabda: "Tidak seorang wanita yang menyakiti hati suaminya melalui kata-katanya kecuali Allah akan membuatkan mulutnya kelak dihari kiamat,selebar 70 zira' kemudian akan mengikatnya dibelakang lehernya.

4. Adapun wanita yang digantung dengan buah dadanya kerana dia menyusui anak orang lain tanpa izin suaminya.

5. Adapun wanita yang diikat dengan kaki & tangannya itu kerana dia keluar rumah tanpa izin suaminya, tidak mandi wajib dari haid & nifas.

6. Adapun wanita yang memakan badannya sendiri kerana suka bersolek untuk dilihat lelaki lain serta suka membicarakan keaiban orang.

7. Adapun wanita yang memotong badannya sendiri dengan gunting dari neraka kerana dia suka menonjolkan diri (ingin terkenal) dikalangan orang yang banyak dengan maksud supaya orang melihat perhiasannya dan setiap orang jatuh cinta padanya kerana melihat perhisannya.

8. Adapun wanita yang diikat kedua kaki & tangannya sampai ke ubun-ubunnya & dibelit oleh ular & kala jengking kerana dia mampu mengerjakan solat & puasa. Tetapi dia tidak mahu berwudhuk & tidak solat serta tidak mahu mandi wajib.

9. Adapun wanita yang kepalanya seperti kepala babi & badannya seperti kaldai kerana dia suka mengadu-domba (melaga-lagakan orang) serta berdusta.

10. Adapun wanita yang berbentuk seperti anjing kerana dia ahli fitnah serta suka marah- marah pada suaminya.

Dan ada diantara isteri nabi-nabi yang mati dalam keadaan tidak beriman kerana mempunyai sifat yang buruk walaupun mereka adalah isteri manusia yang terbaik dizaman itu. Diantara sifat buruk mereka:

1. Isteri Nabi Nuh suka mengejek & mengutuk suaminya.

2. Isteri Nabi Lut suka bertandang kerumah orang.

Semoga Allah beri kita kekuatan untuk mengamalkan kebaikan dan meninggalkan keburukan. Kalau kita tidak berasa takut atau rasa perlu berubah... maka kita kena khuatir, takut kita tergolong dalam mereka yang tidak diberi petunjuk oleh Allah. Dah tau pun tak ada rasa apa-apa.

Baca lagi..
hit traffic

RADIO IKIM.FM

| |

Pengikut

RUANG BERKATA-KATA

JOIN MY COMMUNITY

Join My Community at MyBloglog!

PENGUNJUNG SEMASA

Laman Istimewa

Ingin memuat turun file-file islamik. Dan lain-lain.. Hanya di www.pemudabistari.blogspot.com/

LAMAN PEMBELAJARAN

LAMAN PEMBELAJARAN

Money Convert

Islamic Tube